Imbas demo, ekspor sepatu bisa anjlok tahun depan



JAKARTA. Industri sepatu domestik pesimistis dengan kinerja ekspor sepatu tahun depan. Ini sebagai buntut dari aksi demo buruh yang kerap terjadi.

Ketua Dewan Penasihat Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Anton J. Supit mengatakan adanya aksi buruh membuat pembeli (buyer) dari luar negeri berpikir dua kali untuk memesan sepatu dari Indonesia. Imbasnya, kinerja ekspor sepatu 2013 bisa merosot.

Padahal, industri sepatu domestik sudah memprediksi ekspor sepatu tahun depan bisa mencapai US$ 5 miliar. Melihat potensi pengalihan pesanan sepatu ini, pebisnis sepatu pun merevisi target menjadi US$ 3 miliar.


Prediksi tersebut jelas lebih rendah ketimbang prediksi ekspor sepatu tahun ini yang  diperkirakan mencapai US$ 3,5 miliar - US$ 3,9 miliar. Anton berharap, pemerintah betul-betul memperhatikan kondisi ini. Bila belum ada solusi dari aksi buruh ini, para pembeli asing bisa melirik negara tetangga.

Ia menyebut Myanmar dan Bangladesh adalah negara yang makin dilirik para buyer dan investor lantaran adanya kepastian hukum yang dijanjikan pemerintah masing-masing. "Kalau mereka sudah hengkang dari Indonesia, mereka akan kapok untuk kembali lagi untuk menanamkan modalnya," katanya kepada KONTAN kemarin.

Anton menegaskan bahwa industri alas kaki adalah salah satu industri padat karya yang membutuhkan kinerja optimal dari para buruh. Namun bila kinerja tersebut banyak terganggu oleh aksi demonstrasi dan intimidasi sudah barang tentu tidak bisa mengghasilkan kinerja maksimal.

Bahkan menurutnya, akibat sering terjadi aksi sweeping terhadap pekerja, salah satu pabrik sepatu mengalami kerugian sebesar Rp 5 miliar tiap harinya.

Contohnya adalah PT Pabrik Sepatu Bata Tbk yang tidak bisa beroperasi selama tiga minggu akibat maraknya aksi sweeping ini. "Ini makin memberikan alasan bagi investor untuk hengkang," ungkap Anton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon