Imbas kasus Evergrade, perusahaan properti China minta pelonggaran kebijakan



KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Sebanyak 10 perusahaan properti asal China mendesak pemerintah untuk melonggarkan peraturan demi menstabilkan pasar pasca kasus gagal bayar Evergrande. Mereka juga meminta dukungan atas ketentuan pembelian rumah dan penyesuaian harga tanah.

Mereka mengungkapkannya setelah bertemu dengan pemerintah China pada Jumat (15/10). Pertemuan ini dihadiri oleh eksekutif senior dari pengembang termasuk China Vanke Co Ltd dan Sunac Holdings, bersama dengan Direktur Departemen Real Estat Kementerian Perumahan dan Pengembangan Perkotaan-Pedesaan dan Direktur Asosiasi Real Estat China (CREA ).

Seperti diketahui, sejumlah perusahaan properti China menghadapi krisis likuiditas di tengah lemahnya permintaan dan pengetatan peraturan. Kinerja perusahaan terpengaruh oleh pembatasan pinjaman yang diberlakukan oleh pemerintah untuk menahan laju permintaan kredit. 


Potensi runtuhnya perusahaan properti karena Evergrande Group telah mengguncang pasar dan menimbulkan kekhawatiran tentang risiko sistemik terhadap ekonomi yang lebih luas. Guna mengantisipasi itu, CEO Evergrande Group Xia Haijun mengadakan pembicaraan di Hong Kong dengan bank dan kreditur mengenai kemungkinan restrukturisasi dan penjualan aset. 

Baca Juga: Ekonominya terus tumbuh, Bank Dunia berharap China menyumbang lebih banyak ke IDA

Evergrande yang berkantor pusat di Shenzhen, yang terhuyung-huyung karena harus menyelesaikan kewajiban lebih dari $300 miliar. Bahkan, perusahaan telah meninggalkan investor asing dalam kegelapan tentang karena gagal membayarkan bunga obligasi jatuh tempo.

Salah satu sumber mengatakan Xia perlu berkomunikasi dengan bank asing tentang perpanjangan dan pembayaran pinjaman. Sumber tersebut menolak untuk mengungkapkan identitas kreditur yang telah berbicara dengan Xia dalam beberapa hari terakhir.

"Xia juga perlu memilah-milah berapa banyak utang off-balance sheet yang dimiliki grup di luar negeri, karena banyak yang ditanggung di tingkat anak perusahaan dan dia sendiri mungkin tidak menyadari (itu)," katanya. 

“Sebelum itu mereka tidak dapat bekerja untuk restrukturisasi dan berbicara dengan pemegang obligasi.”

Evergrande berupaya melepaskan beberapa asetnya untuk mendapatkan tambahan dana baru. Sayangnya, upaya tersebut belum membuahkan hasil karena kekhawatiran telah berkembang dalam beberapa pekan terakhir tentang kemungkinan keruntuhan dan dampaknya terhadap pasar global dan ekonomi China.

Baca Juga: Goldman Sachs berharap China tidak akan potong rasio persyaratan cadangan tahun ini

Yuexiu Property misalnya, telah menarik diri dari kesepakatan senilai US$1,7 miliar yang diusulkan untuk membeli gedung markas Evergrande di Hong Kong karena kekhawatiran tentang situasi keuangan pengembang yang mengerikan.

Seorang pejabat bank sentral China mengatakan bahwa efek limpahan dari masalah utang Evergrande pada sistem perbankan dapat dikendalikan dan eksposur risiko lembaga keuangan individu tidak besar.

Selanjutnya: Penjualan unit kendaraan listrik Evergrande di Swedia sedang dalam pembicaraan

Editor: Tendi Mahadi