KONTAN.CO.ID -NEW YORK. Meski mendapatkan pertentangan, Huawei Technologies berencana untuk terus maju untuk meluncurkan smartphone high-end terbaru di Eropa. Walaupun produk anyar Huawei ini kemungkinan besar tidak akan menawarkan sistem operasi Android resmi Google dan aplikasi yang banyak digunakan seperti Google Maps, seperti pemberitaan Reuters pada Kamis (29/8). Huawei kemungkinan akan menggunakan versi
open-source Android tanpa melanggar larangan penjualan A.S. kepada mereka. Tetapi aplikasi Google hanya dapat digunakan di Eropa dengan lisensi berbayar. Tidak ada biaya untuk lisensi di luar Eropa.
Baca Juga: Huawei siap mengoperasikan bisnisnya di bawah pembatasan AS "Tanpa Layanan Google, tidak ada yang akan membeli perangkat," kata analis independen Richard Windsor. Perangkat lunak Google biasanya sudah dimuat sebelumnya di perangkat Android. Huawei awal bulan ini mengumumkan sistem operasi selulernya sendiri, dijuluki Harmony. Tetapi analis dan eksekutif Huawei ragu bahwa ini masih merupakan alternatif yang layak untuk Android. Pembuat smartphone nomor dua di dunia ini akan meluncurkan jajaran ponsel baru dengan tajuk Mate 30 pada 18 September di Munich, Jerman. Menurut sumber yang akrab dengan masalah ini, meskipun tidak jelas kapan perangkat akan mulai dijual. Huawei Mate 30 akan menggunakan jaringan seluler 5G yang baru. Produk ini sekaligus menjadi peluncuran smartphone utama pertama Huawei sejak administrasi Presiden AS Donald Trump secara efektif memblock perusahaan pada pertengahan Mei lalu. Trump menuduh perusahaan itu terlibat dalam kegiatan yang membahayakan keamanan nasional AS.
Baca Juga: Menelisik jalan terjal yang dilewati Xiaomi untuk berekspansi di bisnis jasa keuangan Seorang juru bicara Google mengatakan kepada Reuters bahwa Mate 30 tidak dapat dijual dengan aplikasi dan layanan Google berlisensi karena larangan penjualan AS ke Huawei. Penangguhan sementara yang diumumkan pemerintah A.S. minggu lalu tidak berlaku untuk produk baru seperti Mate 30, kata jurubicara itu.
Perusahaan A.S. dapat meminta lisensi untuk produk tertentu agar dibebaskan dari larangan. Google, bagian dari Alphabet Inc, tidak akan mengatakan apakah mereka telah mengajukan permohonan lisensi untuk menawarkan aplikasi dan layanannya yang dikenal sebagai Layanan Seluler Google, meskipun telah mengatakan di masa lalu bahwa mereka ingin terus memasok Huawei. Reuters melaporkan minggu ini bahwa Departemen Perdagangan AS telah menerima lebih dari 130 aplikasi dari perusahaan untuk mendapatkan lisensi menjual barang-barang AS ke Huawei. Namun usaha ini belum membuahkan asil, belum ada satu perusahaan pun yang mendapatkan restu dari regulator. "Huawei akan terus menggunakan OS Android dan ekosistem jika pemerintah AS mengizinkan kami melakukannya. Kalau tidak, kita akan terus mengembangkan sistem operasi dan ekosistem kita sendiri,” kata juru bicara Huawei Joe Kelly kepada Reuters.
Baca Juga: Duh, Tarif Baru AS Bakal Pangkas Pertumbuhan Ekonomi China di Bawah 6% Departemen Perdagangan menolak memberikan komentar. Huawei melompat dengan cepat ke jajaran teratas bisnis smartphone global dalam beberapa tahun terakhir dengan perangkat keras yang sangat dihormati. Keberhasilan ini menghantarkan Eropa sebagai pasar utama perusahaan China ini. Namun larangan AS telah memberikan pukulan besar terhadap penjualan di luar China, dengan pangsa pasar Huawei di Eropa merosot menjadi 19,3% pada kuartal kedua dari 24,9% pada kuartal pertama, angka-angka dari Counterpoint Research menunjukkan. Sampai akhir pekan lalu, eksekutif senior Huawei memberikan nada percaya diri mengenai Android dan Google. "Ponsel baru kami masih akan berbasis Android, "Kami ingin mempertahankan satu standar, satu ekosistem, satu teknologi," pungkas Vincent Pang, wakil presiden senior dan direktur dewan Huawei.
Editor: Azis Husaini