KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun meninggalkan level 7.000. Hingga akhir perdagangan sesi pertama pada Kamis (19/12), IHSG anjlok 1,63% ke level 6.991,84. Sepanjang sesi pertama ini, nilai transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai Rp 7,62 triliun. Total saham yang diperdagangkan mencapai 12,23 miliar saham. Tekanan pada pasar saham dalam negeri ini disebabkan oleh keputusan The Fed, yang akhirnya memasangkan suku bunga acuan 25 basis points (bps) pada FOMC Desember 2024.
Tim Riset Phintraco Sekuritas menjelaskan walaupun Fed Fed telah memangkas suku bunga, tetapi arah pandangan bank sentral Amerika Serikat (AS) ini masih moderat untuk 2025.
Baca Juga: IHSG Ambles ke 6.991,8 di Akhir Sesi Pertama, MDKA, ADMR, ARTO Jadi Top Losers LQ45 "Ini membuat capital outflow dari pasar domestik berlangsung. Imbasnya, nilai tukar rupiah juga ikut terdepresiasi," jelasnya dalam riset, Kamis (19/12). Secara teknikal, IHSG membentuk gap down yang diiringi dengan pelebaran pada negative slope yang terjadi pada MACD. Artinya, IHSG akan bergerak menguji support di 6.900 pada sesi kedua perdagangan Kamis (19/12). Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas mencermati secara teknikal IHSG masih diperdagangkan turun pada area right-angled descending broadening wedge pattern. Kemudian indikator RSI saja masih menunjukkan sinyal negatif dan belum oversold. Nafan bilang jika IHSG tembus di bawah 6.895, maka terdapat perkiraan wave C support yakni pada 6.655.
Baca Juga: Rupiah Terus Anjlok, Tahun Depan Rawan Sentuh Rp 17,000 "Di sisi lain, IHSG bisa kembali ke major resistance baik pada 7.325 hingga 7.531. Apabila sentimen positif kembali kuat untuk mendorong IHSG," jelasnya kepada Kontan, Kamis (19/12). Nafan mengatakan sikap Jerome Powell yang hawkish akan menjadi sentimen negatif bagi pasar saham Indonesia, tanya terkecuali pasar saham di Amerika Serikat. Berdasarkan dot plot terbaru yang dirilis, Komite The Fed mengindikasikan hanya terdapat dua kali kebijakan penurunan suku bunga dari Bank Sentral AS itu pada 2025.
"Jika dibandingkan dengan dot plot pada September 2024 ada indikasi penurunan empat kali, sebab median terbaru menunjukkan angka 3,9% jika dibandingkan 3,4% sebelumnya," kata Nafan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .