Imelda fokus di lokal sebelum go international (3)



Kemampuan Imelda Ahyar mendesain pakaian tidak diragukan lagi. Pelbagai penghargaan internasional sudah disandangnya. Dengan mengusung adibusana atawa nouvelle coulture, ia memilih tetap berkiprah di dalam negeri, walau sebelumnya sempat kepikiran untuk berkarya di negeri orang.Di usianya yang masih muda, Imelda Ahyar sudah menerima bermacam penghargaan internasional dalam bidang desain pakaian. Antara lain, The Best Pattern Making, Special Jury Award 140 Years of French History in 2003, dan Special Jury Award Graduated 3 Years Program 2003.

Saat belajar di ESMOD, Prancis, Mel, panggilan sehari-harinya, juga menyabet penghargaan bergengsi, yakni Best Nouvelle Couture Graduate Esmod Paris 2006, dan penghargaan khusus dari desainer kelas dunia Emanuel Ungaro, Coupe de Coeur. Segudang prestasi internasional tersebut sempat membuat Mel ingin berkarier di Paris. Namun, niat itu hilang setelah dirinya melihat sisi lain realitas kehidupan sosial di Prancis. Di negara empat musim itu, pekerja fesyen asal Asia mendapat perlakuan berbeda. "Tingkat rasisme di Prancis masih tinggi," katanya.Karena itu, Mel memutuskan pulang ke tanah air. Ia mulai berkarier di dunia fesyen dengan menerima tawaran kerja di Mama&Leon di Bali. Mama&Leon adalah salah satu perusahaan garmen pengusung mode modern.Setelah tiga tahun bekerja di Mama&Leon, Mel tergerak membangun kerajaan bisnis fesyen sendiri. Dengan membangun usaha sendiri, ia yakin kreativitasnya akan terasah dan tersalurkan. Berbekal pengetahuan mengenai desain pakaian, proses pembuatan tekstil, serta teknik pembuatan pola, Mel lantas membangun tren desain sendiri dengan mengusung nama sendiri.Perempuan yang mengidolakan Edward Hutabarat, perancang kenamaan Indonesia, ini kemudian mulai membangun citra dan jaringan. Imelda berhasil mencitrakan diri sebagai perancang busana nouvelle couture atau lebih terkenal dengan tren adibusana.Persaingan yang ketat di industri fesyen Indonesia, memecut Mel untuk terus menghasilkan karya yang berbeda. Itu sebabnya, ia menggali bakat serta kemampuan merancang sebuah busana dengan mengusung gaya nouvelle couture bernuansa baru.Mel membuat pola-pola baru melalui permainan volume, struktur, serta konstruksi model. Dengan kemampuannya, dia mampu menciptakan keindahan pada busana ciptaannya, sehingga terlihat lebih ringan dari material maupun detail.Apresiasi fashionista atau pecinta fesyen pada hasil karya dan rancangan Mel pun cukup tinggi. Pagelaran busana yang dilakukannya berhasil mendapat tempat di hati fashionista kita. Ia melakukan peragaan busana tunggal perdananya pada 2009 dengan tema Earthvolution, A Nouvelle Couture Show. Acara ini langsung menjadi buah bibir para fashionista Indonesia. Mel sukses dengan rancangan busana yang menceritakan kecintaannya akan lingkungan. Melalui karyanya, ia mencoba memperingatkan manusia soal perubahan yang terjadi, Bumi kian rentan bencana.Melalui permainan warna, volume busana yang berstruktur tegas dengan detail lipit, dan potongan kuno, telah menjadikan hasil rancangan Mel banyak diminati pecinta fesyen.Setelah pagelaran itu, Mel kebanjiran pesanan. Ia lalu memutuskan untuk menjual pakaian jadi atau ready to wear dengan merek Mel Ahyar Happa. Harganya, mulai dari Rp 300.000 hingga Rp 3,5 juta per potong dengan menyasar segmen menengah ke atas. Toh, Mel menampik anggapan banyak orang yang mengatakan, hasil rancangannya hanya ditujukan untuk kaum jet set. "Dengan produk Mel Ahyar Happa, saya terbuka kepada siapa saja yang mengapresiasi karya busana saya," katanya. Mel juga terus mengembangkan usaha butiknya dengan membuka butik baru di salah satu mal di Jakarta.Sampai saat ini, Mel menjadi langganan artis lokal, seperti Andien, Titi D.J., hingga Ayu Dewi. Toh, dia belum berencana go international. "Di Singapura, Brunei, Malaysia, dan Australia, produk saya laris manis, namun saya tetap fokus di Indonesia," katanya. Mel merasa bukan karena takut bersaing, melainkan ingin lebih dulu terkenal di tanah air sebelum memutuskan berkiprah internasional.(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi