IMF dan Bank Dunia Gelar Pertemuan Tahunan, Ini yang Akan Jadi Pembahasan



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pimpinan keuangan global akan berkumpul di Washington, Amerika Serikat (AS) pada pekan ini.

Pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia digelar di tengah ketidakpastian yang tinggi atas perang di Timur Tengah dan Eropa, ekonomi Tiongkok yang lesu. Serta, kekhawatiran bahwa pemilihan presiden AS dapat memicu ketidakpastian perdagangan baru dan mengikis kerja sama multilateral.

Pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia dijadwalkan akan dihadiri lebih dari 10.000 orang dari kementerian keuangan, bank sentral, dan kelompok masyarakat sipil untuk membahas upaya-upaya untuk meningkatkan pertumbuhan global yang tidak merata, menangani kesulitan utang, dan membiayai transisi energi hijau.


Namun, masalah yang paling besar dalam ruang pertemuan tersebut adalah potensi kemenangan kandidat presiden AS dari Partai Republik Donald Trump yang akan menjungkirbalikkan sistem ekonomi internasional dengan tarif baru AS yang besar dan mengalihkan pinjaman dari kerja sama iklim.

"Bisa dibilang isu terpenting bagi ekonomi global - hasil pemilu AS - tidak ada dalam agenda resmi minggu ini, tetapi ada dalam pikiran semua orang," kata Josh Lipsky, mantan pejabat IMF yang sekarang mengepalai Pusat Dewan Atlantik seperti dikutip Reuters, Senin (21/10).

Baca Juga: IMF: China Tak Bisa Lagi Andalkan Ekspor untuk Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Lipsky mengatakan, pemilu AS memiliki implikasi besar pada kebijakan perdagangan, masa depan dolar, siapa yang akan menjadi ketua Federal Reserve berikutnya, dan semua itu berdampak pada setiap negara di dunia.

Wakil Presiden AS Kamala Harris, dari Partai Demokrat, akan melanjutkan dimulainya kembali kerja sama multilateral pemerintahan Biden dalam isu iklim, pajak, dan keringanan utang

Pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia tersebut, kemungkinan akan menjadi yang terakhir bagi Menteri Keuangan AS Janet Yellen. Yellen mengatakan dia akan bertugas di pemerintahan pada akhir masa jabatannya pada bulan Januari.

Namun, sentimen perdagangan anti-Tiongkok yang berkembang dan rencana kebijakan industri dari negara-negara kaya, yang ditandai dengan kebijakan pemerintahan Biden terhadap kendaraan listrik, semikonduktor, dan produk surya Tiongkok, diharapkan menjadi topik diskusi utama dalam pertemuan tersebut.

Pertumbuhan melambat

IMF akan memperbarui prakiraan pertumbuhan globalnya pada Selasa (22/10). Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva pekan lalu mengatakan, dunia yang dibebani oleh utang tinggi, sedang menuju pertumbuhan jangka menengah yang lambat, menuju "masa depan yang sulit."

Namun, Georgieva mengatakan, dia "tidak terlalu pesimis" tentang prospek tersebut, mengingat beberapa daerah yang masih tangguh, terutama di AS dan India yang mengimbangi pelemahan yang terus berlanjut di Tiongkok dan Eropa.

Meskipun gagal bayar utang di antara negara-negara miskin mungkin telah mencapai puncaknya, para peserta pertemuan tahunan diharapkan untuk membahas masalah yang berkembang yang memaksa beberapa pasar berkembang yang dibebani dengan biaya layanan utang yang tinggi untuk menunda investasi pembangunan karena bantuan luar negeri menyusut.

Editor: Khomarul Hidayat