IMF: Empat tantangan ekonomi negara Asia



BEIJING. International Monetary Fund (IMF) mengatakan, negara-negara di Asia harus membuat perubahan struktural untuk tetap memimpin pertumbuhan ekonomi global, serta beradaptasi dengan aksi pengurangan stimulus di Amerika Serikat (AS). Dana Moneter Internasional meramal, negara Asia akan berhadapan dengan potensi kenaikan bunga dan fluktuasi dana asing. Pengurangan dan penghentian stimulus AS akan menyebabkan penarikan dana kembali ke AS, sehingga terjadi pengetatan likuiditas di negara-negara Asia yang selama ini menjadi tujuan investasi dollar.Pengetatan likuiditas hanya satu dari tantangan yang dihadapi negara Asia. Memurut IMF, ada tiga tantangan besar lainnya yaitu pelambatan ekonomi China yang lebih tajam dibanding perkiraan sebelumnya, memudarnya kemanjuran kebijakan ekonomi Jepang, serta perselisihan politik dan geopolitik yang mengganggu perdagangan."Reformasi tak hanya dibutuhkan dalam jangka menengah, tapi juga, di beberapa kasus, untuk menjaga kepercayaan diri investor dan stabilitas finansial di jangka pendek," kata IMF, dalam Regional Economic Outlook for Asia and Pacific, hari ini.IMF meramal, pertumbuhan ekonomi China bisa mencapai 7,5% di tahun ini dan 7,3% tahun depan. Sedangkan Jepang akan bertumbuh 1,4% tahun ini dan 1% di tahun 2015.

Menurut IMF, ekonomi Asia akan berkespansi dua kali lebih cepat dibanding negara maju. Sementara China dan India berpeluang tumbuh tiga kali lebih cepat. India dan Indonesia dianggap sebagai negara yang lebih tahan banting, melihat perekonomian Januari yang positif sementara bank sentral AS Federal Reserve mulai melakukan pemangkasan stimulus. 


Editor: Sanny Cicilia