IMF gunting prediksi pertumbuhan ekonomi AS



NEW YORK. Belum ada kabar baik yang datang dari perekonomian Amerika Serikat. Bahkan, Badan Moneter Internasional (IMF) mengatakan, perekonomian AS saat ini kehilangan momentum.

IMF mengatakan, ekonomi Amerika hanya akan tumbuh 1,6% pada tahun ini. Angka tersebut turun dari posisi 2015 yang mencapai 2,6%. Prediksi teranyar ini juga lebih rendah 0,6% dari prediksi IMF tiga bulan lalu.

Menurut IMF dalam World Economic Outlook, pemangkasan prediksi pertumbuhan ini dilatarbelakangi dengan pertumbuhan ekonomi AS di kuartal dua yang kurang menggembirakan.


Sekadar informasi, berdasarkan data pemerintah AS, perekonomian Negeri Paman Sam itu hanya tumbuh 1,4% pada periode April dan Juni dibanding periode yang sama tahun lalu. Pencapaian tersebut di bawah ekspektasi para ekonom.

"Perekonomian AS kehilangan momentum dalam beberapa kuartal terakhir dan ekspektasi terjadinya kenaikan di kuartal dua 2016 tidak terealisasi," kata IMF.

Kendati demikian, lanjut IMF, pertumbuhan konsumsi personal -yang merupakan mesin utama ekonomi AS- terbilang kuat. Hal ini disebabkan oleh rendahnya angka pengangguran dan tingginya tingkat upah.

Tapi masalahnya ada pada pergerakan bisnis, di mana anggaran investasi melorot untuk tiga kuartal berturut-turut. IMF bilang, ketidakpastian pada ekonomi AS akan semakin tinggi menjelang pemilu presiden AS.

Menurut IMF, pertumbuhan ekonomi global juga akan melambat pada tahun ini. Kondisi itu menyebabkan suku bunga acuan akan tetap rendah dalam beberapa waktu ke depan.

IMF meramal, ekonomi global akan tumbuh 3,1% di 2016, turun dari posisi 3,2% di tahun lalu. Sedangkan di 2017, ekonomi global akan mengalami pertumbuhan tipis.

Meski demikian, tidak semua negara mengalami perlambatan pertumbuhan. Ekonomi emerging market diramal akan tumbuh 4,2% tahun ini setelah turun selama lima tahun berturut-turut.

India akan memimpin pertumbuhan. Sedangkan negara-negara di sub Sahara Afrika, seperti Nigeria, akan mengalami perlambatan ekonomi yang cukup tajam.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie