KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masalah perekonomian dunia makin kompleks. Dana Moneter Indonesia (IMF) mengingatkan perlunya respons kebijakan dari otoritas suatu negara untuk menjaga ketahanan negara. Respons kebijakan tersebut perlu bersifat memberi dampak langsung (immediate impact), yaitu penurunan tingkat inflasi dan pengelolaan ekspektasi inflasi dengan komunikasi kebijakan yang jelas. Kemudian, otoritas perlu untuk memantau risiko stabilitas sistem keuangan, penguatan pengawasan dan pengelolaan pergerakan nilai tukar.
Otoritas juga perlu melakukan normalisasi kebijakan fiskal meski di saat yang sama juga perlu memberi bantuan bagi kelompok rentan dan meningkatkan ketahanan pangan.
Baca Juga: Sri Mulyani: Menteri Keuangan di Seluruh Dunia Perlu Tegas Atasi Perubahan Iklim Selain kebijakan yang perlu diterapkan untuk jangka pendek, negara-negara di dunia juga perlu menyiapkan kebijakan jangka menengah dan jangka panjang. Untuk jangka menengah, meliputi antara lain, pemulihan sustanaibilitas fiskal, reformasi struktural untuk meningkatkan pasokan, serta mitigasi risiko pandemi. Sedangkan kebijakan jangka panjang meliputi penguatan kerja sama multilateral, penguatan stabilitas sistem moneter internasional. Kemudian pentingnya kebijakan pengentasan isu sektor kesehatan, serta percepatan upaya menuju ekonomi hijau, digital, dan inklusif. Pesan IMF tersebut disampaikan dalam rangkaian pertemuan musim semi IMF dan Bank dunia yang puncaknya pada 15 April 2023 di Washington DC, AS. Termasuk di dalamnya, ada pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral kelompok 20 negara ekonomi terbesar dunia (G20). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo turut menghadiri rangkaian tersebut. Nah, para menteri keuangan dan gubernur bank sentral kemudian menyepakati agenda kebijakan global (Global Policy Agenda), yaitu pembuat kebijakan perlu fokus dalam menjaga stabilitas ekonomi, membantu negara kelompok rentan, dan memastikan tercapainya kesejahteraan.
Baca Juga: IMF Ingatkan Ada Ancaman Inflasi, Harga Minyak dan Suku Bunga Tinggi di Timur Tengah Pada kesempatan tersebut, Perry menekankan pentingnya penerapan bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonom makro dan sistem keuangan, serta mendukung pemulihan pertumbuhan. "Kebijakan bank sentral tidak hanya bertumpu pada kebijakan suku bunga, melainkan juga dapat menggunakan perangkat kebijakan lainnya seperti intervensi nilai tukar, manajemen lali luntas aliran modal, serta kebijakan makroprudensial," terang Perry dalam keterangannya, Sabtu (15/4). Perry menyambut baik perkembangan diskusi dan pekerjaan yang berkaitan dengan kerangka kebijakan terintegrasi dari IMF.
Editor: Herlina Kartika Dewi