IMF Menaikkan Estimasi Pertumbuhan Ekonomi Global Tahun Ini Jadi 2,9%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana Moneter Internansional atawa International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan melemah tahun ini karena kenaikan suku bunga di berbagai negara, serta perang Rusia di Ukraina yang masih berlanjut terus membebani ekonomi. Meski begitu, IMF lebih optimis dari Oktober 2022 lalu.

Penasihat Ekonomi dan Direktur Riset Ekonomi IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan, pertumbuhan ekonomi global akan melambat dari 3,4% pada 2022 menjadi 2,9% pada tahun ini. Proyeksi ini sebenarnya meningkat 0,2 poin persentase dari perkiraan pada Oktober 2022 yang sebesar 2,7%.

“Pertumbuhan global diperkirakan melambat dari 3,4% pada 2022, dan pada 2023 menjadi 2,9%,” tutur Pierre dalam konferensi pers World Economic Outlook Update, Selasa (31/1).


Baca Juga: Kurs Rupiah Melemah ke Rp 14.988 per Dolar AS pada Selasa (31/1) Pagi

Peningkatan proyeksi tersebut sejalan dengan dibukanya pembatasan aktivitas masyarakat di China, yang diharapkan bisa memulihkan aktivitas perekonomian lebih cepat lagi. Selain itu, didorong juga adanya peningkatan kondisi keuangan global karena inflasi mulai mereda dan dolar Amerika Serikat (AS) mulai turun dari level tertingginya.

Meski begitu, keseimbangan risiko perekonomian global tahun ini harus tetap diwaspadai. Sebab, penyebaran pandemi Covid-19 yang kembali tinggi di China pasca dibukanya aktivitas masyarakat  bisa menghambat pemulihan ekonomi global.

Selain itu, perang Rusia dan Ukraina dapat meningkat yang kemudian bisa menghambat laju pertumbuhan ekonomi, dan kondisi pembiayaan global yang lebih ketat dapat memperburuk kesulitan utang.

Baca Juga: WHO: Covid-19 Tetap Berstatus Darurat Global tapi Ada di Titik Transisi

Lebih lanjut, di tengah tantangan perekonomian yang semakin besar pada tahun ini, disamping kondisi moneter yang semakin ketat, serta pertumbuhan ekonomi yang rendah dan berpotensi mempengaruhi stabilitas keuangan serta utang, IMF menyebut perlu adanya perangkat makroprudensial dan upaya untuk memperkuat kerangka kerja restrukturisasi utang.

Vaksinasi di China juga harus lebih di percepat dan diperluas lagi, sehingga bisa melindungi perekonomian. Selain itu, dukungan fiskal juga harus lebih baik lagi utamanya bagi negara yang mengalami kenaikan harga pangan dan energi.

Kemudian,  langkah-langkah bantuan fiskal juga perlu dilakukan, serta kerja sama multilateral yang lebih kuat sangat penting untuk mempertahankan keuntungan dari sistem multilateral berbasis aturan untuk memitigasi perubahan iklim dengan membatasi emisi dan meningkatkan investasi hijau. 

Editor: Wahyu T.Rahmawati