IMF: Pemulihan ekonomi perlu kebijakan fiskal



WASHINGTON. Dana Moneter Internasional (IMF) jelas melihat ada pelambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Sebelumnya, lembaga yang menyalurkan pinjaman pada berbagai pemerintahan ini telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi. Dalam pertemuan dengan 24 negara anggota International Monetary and Financial Commitee (IMFC), lembaga ini menilai, negara maju yang sekarang terserang krisis, terlalu menggantungkan diri pada likuiditas melimpah dan kelonggaran kebijakan bank sentral. Tindakan yang berisiko tinggi ini tidak disertai kemajuan yang sepadan.

"Kita harus bertindak tegas untuk memelihara pemulihan yang berkelanjutan," kata Tharman Shanmugaratnam, Chairman IMFC, seperti dikutip Washington Post, kemarin.Shanmugaratnam yang juga Menteri Keuangan Singapura itu, menyatakan dirinya sensitif dengan krisis. Sebab, negaranya bergantung pada perdagangan dengan negara maju. Dia menilai, kurangnya langkah pemulihan dari sisi pembuat kebijakan fiskal di Amerika Serikat dan Zona Euro membuat kepercayaan diri global untuk berbelanja dan investasi terus turun. IMF berjanji, akan mendorong langkah di Eropa seperti pendirian banking union, perubahan situasi ketenagakerjaan di Italia dan Prancis, dan dukungan jika AS berhasil meningkatkan plafon utang dan memangkas anggaran. Selain itu, IMFC dalam pernyataan resminya juga menekankan tantangan di negara berkembang dengan tingkat ekonomi relatif stabil. Bagi negara-negara ini tantangannya adalah derasnya arus masuk dan fluktuatif. Tantangan ini harus disertai dengan kebijakan yang hati-hati.Sementara itu, Bank Dunia yang hadir dalam pertemuan ini menyatakan pentingnya peran pemulihan ekonomi untuk menghilangkan kemiskinan. Presiden Bank Dunia, Jim Kong Kim, menargetkan menghilangkan kemiskinan pada tahun 2030. Selain itu, untuk membangun kelas menengah memerlukan adanya program yang mendorong kenaikan pendapatan pada 40% populasi termiskin dunia. Kim berjanji, memaparkan rencana strategisnya pada Oktober nanti.IMF pada pekan lalu memangkas target pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3,3% dari 3,5%. Negara berkembang tumbuh 5,5%, Uni Eropa menyusut 0,3%, serta AS tumbuh 1,9%.


Editor: Sanny Cicilia