IMF: Prospek Ekonomi Global Semakin Suram



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporannya hari Minggu (13/11) mengakui bahwa ekonomi global saat ini semakin suram. IMF pun tidak menutup kemungkinan adanya peningkatan risiko di masa mendatang.

Ekonomi global saat ini lebih suram dari yang diproyeksikan bulan lalu, di mana IMF memangkas perkiraan pertumbuhan global untuk 2023 menjadi 2,7% dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,9%.

Dalam laporan yang dirilis menjelang KTT G20 di Indonesia, IMF mengkonfirmasi bahwa prospek lebih suram khususnya di Eropa.


"Aktivitas manufaktur dan jasa mengisyaratkan kelemahan di sebagian besar ekonomi utama G20, dengan aktivitas ekonomi akan berkontraksi sementara inflasi tetap tinggi," ungkap IMF, seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Tingkat Utang Global Naik Tajam di 2021, Ini Peringatan dari Presiden Bank Dunia

Beberapa faktor suramnya ekonomi global yang disampaikan IMF antara lain adalah pengetatan kebijakan moneter yang dipicu oleh inflasi yang terus bertumbuh serta momentum pertumbuhan yang lemah di China.

Tidak lupa, IMF juga menyalahkan gangguan pasokan yang sedang berlangsung dan kerawanan pangan yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina.

"Tantangan yang dihadapi ekonomi global sangat besar dan indikator ekonomi yang melemah menunjukkan tantangan lebih lanjut ke depan. Pengambilan kebijakan saat ini benar-benar tidak pasti," lanjut IMF.

Baca Juga: KTT G20: Peran Indonesia Menjadi Jembatan Pemulihan Ekonomi Global

Lebih lanjut, IMF menyebut krisis energi yang memburuk di Eropa akan sangat merugikan pertumbuhan dan meningkatkan inflasi. Di waktu yang sama, inflasi tinggi yang berkepanjangan dapat mendorong kenaikan suku bunga kebijakan yang lebih besar dari yang diantisipasi.

Kombinasi beberapa faktor tersebut pada akhirnya akan menghasilkan pengetatan kondisi keuangan global lebih lanjut.

"Hal itu pada waktunya akan menimbulkan peningkatan risiko krisis utang untuk negara dengan ekonomi rentan. Kondisi cuaca yang semakin parah juga akan merusak pertumbuhan di seluruh dunia," pungkas IMF.