IMF proyeksi ekonomi Indonesia 5,1%, ini kata para pengamat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018 hingga 2019 di angka 5,1%. Angka ini lebih rendah dari angka yang diproyeksikan sebelumnya, yakni 5,3%.

Tetapi, dengan pemangkasan tersebut beberapa ekonom menilai angka 5,1% merupakan angka yang cukup realistis dibandingkan dengan yang sebelumnya.

"Kami dari Core (Center of Reform on Economics) memang sebelumnya telah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,1%, jadi menurut saya IMF cukup realistis, angka 5,1% merupakan angka yang tepat jika dilihat dari situasi saat ini, walaupun masih akan ada resiko tidak tercapai," ujar Pieter Abdullah, Direktur riset Core, Selasa (9/10).


Pertimbangan dari angka pertumbuhan ekonomi 5,1% dilihat dari faktor laju ekspor Indonesia yang masih terhimpit oleh defisit neraca perdagangan.

Walaupun laju konsumsi membaik dari tahun lalu, tetapi hal itu masih dinilai tidak cukup besar dan tidak bisa membantu banyak dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Konsumsi tidak akan banyak membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini. Pada kuartal tiga peningkatan konsumsi Indonesia cukup bagus, karena didorong oleh beberapa event besar seperti Asian Games dan IMF, hal itu dapat mendorong konsumsi Indonesia," ujar Pieter.

Chief Economist Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih juga sependapat dengan Pieter terkait proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 5,1%. Ia menilai IMF sekarang lebih realistis, karena jika dilihat pada situasi Indonesia saat ini, Indonesia akan sulit untuk tumbuh di angka 5,3%.

"Karena angka pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggi itu pada kuartal dua tahun 2017, berada di angka 5,27%. Rasanya kalau saat ini akan cukup berat untuk Indonesia menembus 5,1%," ujar Lana.

Lana juga memproyeksikan untuk kuartal tiga ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi berada di bawah 5,1%.

Sedangkan untuk kuartal empat akan ada potensi yang lebih baik, didorong dengan faktor musiman, konsumsi rumah tangga akan meningkat, serta ditambah dengan konsumsi pemerintah dalam mengejar anggaran agar cepat terealisasi.

Hal tersebut dinilai dapat membantu dan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal empat.

Lana juga menambahkan, dengan adanya pelemahan rupiah dinilai bisa mengurangi potensi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Barang-barang kita bahan bakunya banyak yang impor, dengan mengimpor ini akan membuat tekanan rupiah semakin besar, ketika rupiah melemah impor juga akan menurun, kalau impor turun kemampuan masyarakat untuk berkonstruksi juga akan berkurang. Jadi kesimpulannya menurut saya, salah satu faktor utama yang membuat Indonesia tidak dapat tumbuh mencapai 5,1% diantaranya rupiah," ujarnya.

Di sisi lain dalam bidang investasi dinilai perlu adanya perhatian khusus, investasi pada kuartal tiga dan kuartal empat diperkirakan akan mulai menurun.

Hal tersebut dikarenakan oleh sistem online single submission (OSS) yang masih perlu ditingkatkan dan diperbaiki, dengan bermasalahnya OSS dinilai akan menghambat proses perizinan.

"Kalau perizinannya terhambat, pasti investasi juga akan terhambat, kemudian juga akan menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia," tambah Pieter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto