IMF: Tak ada yang menang dalam perang dagang



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pertumbuhan ekonomi dunia masih menghadapi tantangan perang dagang. Negosiasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang belum usai ini pula yang tecermin dalam proyeksi ekonomi global yang dibuat Dana Moneter Internasional atau International Monetay Fund (IMF).

Dalam laporan World Economic Outlook (WEO): Cyclical Upswing, Structural Change terbarunya, April 2018, IMF menyatakan kebijakan proteksionisme khususnya di sektor perdagangan berpotensi menghambat pemulihan ekonomi global. “Padahal dalam perang dagan tak ada satupun yang menang,” ujar Maurice Obstefeld, Economic Consellor and Director of the Research Departement IMF kepada wartawan termasuk Kontan.co.id, Selasa (17/4).

Obstefeld menjelaskan, Oktober 2016, IMF pernah melakukan simulasi atas efek global perang dagang. Masalah perang dagang adalah persoalan tarif dagang antar negara. Hal ini sejatinya bisa dinegosiasikan.


Hanya efek perang dagang memang telah mempengaruhi ekonomi. Ekspansi ekonomi tertahan sebagai akibat belum jelasnya arah perang ekonomi antara AS dan China. “Jadi sangat penting bagi negara-negara yang terlibat perang dagang berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah perang dagang,” ujarnya. Sebab, efek perang dagang bersifat multilateral.

Aksi saling balas atas tarif impor antara AS dan China berpotensi menjadi sentimen negatif bagi perdagangan global. Meski begitu, IMF memprediksi laju ekonomi masih akan positif di 2018-2019. Membaiknya keuangan global yang terdorong peningkatan investasi, arus perdagangan akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi global.

IMF memprediksi produk domestik bruto (PDB) dunia akan tumbuh 3,9% di 2018-2019. Proyeksi ini sama persis seperti yang dibuat IMF di Januari 2018. Proyeksi ini naik tipis dibanding PDB 2017 yang menjadi laju ekonomi tertinggi PDB global sejak 2011.

IMF memprediksi perekonomian negara maju akan tumbuh lebih cepat, didorong kebijakan moneter Zona Euro serta kebijakan perpajakan di AS. Adapun, kenaikan harga komoditas juga mendorong laju pertumbuhan negara-negara berkembang. Proyeksi IMF tahun 2018-2019, ekonomi di negara berkembang akan tumbuh di 6,5%.

Proyeksi IMF, pertumbuhan ekonomi India akan melonjak dari 6,7% menjadi 7,4% pada 2018, dan terus meningkat ke 7,8% pada 2019. Adapun pertumbuhan di lima negara besar Asean, seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam, juga akan stabil di level 5,3% pada 2018 dan 5,4% pada 2019.

Dalam jangka panjang, IMF memprediksi, pertumbuhan ekonomi global akan melemah ke level 3,7%, terkikis oleh momentum positif di negara maju, naiknya populasi generasi tua dan turunnya produktivitas. Pelemahan ekonomi di sejumlah negara ekonomi maju juga akan berdampak ke pertumbuhan ekonomi negara berkembang dalam lima tahun ke depan. Kondisi ini menjadi tantangan bagi pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah meski ada harapan pemulihan investasi.

Editor: Wahyu T.Rahmawati