Tren gaya hidup sehat telah mendorong munculnya produk-produk makanan sehat. Tak terkecuali es krim. Buktinya, kini makin marak gerai es krim rendah lemak yang diklaim tetap menyehatkan bagi konsumen.Salah satu pemain di bisnis es krim sehat ini adalah Andre Soenjoto, pemilik De Boliva di Surabaya. Berdiri tahun 2000, Andre mulai menawarkan waralaba tahun 2008. Ia mengklaim, produk es krimnya terbuat dari skim milk dengan lemak hanya 3%-4%. Selain itu, kadar gulanya rendah. Berbeda dengan es krim umumnya yang menggunakan susu full cream dengan lemak 15%-17%. "Rasanya juga berbeda, kalau full cream setelah dimakan rasanya masih menempel di lidah dan tenggorokan, tapi es krim low fat tidak," ujar Andre.Sebagai teman menyantap es krim, tersedia kudapan lain, seperti buah, wafer, waffle, salad, pastel, dan pie. Selain itu, ada juga menu makanan berat, seperti nasi goreng, pasta, dan steik. Untuk es krim dibanderol mulai Rp 15.000-Rp 55.000. Harga menu lain mulai Rp 15.000-Rp 165.000 per porsi.Saat ini, De Boliva sudah memiliki lima gerai. Dua di antaranya milik mitra dan sisanya milik sendiri. Tawaran waralaba ini menyediakan dua paket investasi. Pertama, paket Ekspres senilai Rp 300 juta. Paket ini mengusung konsep kafe. Mitra akan mendapat bahan baku awal, peralatan dapur, peralatan bar, interior, meja, kursi, dan cost system untuk kasir, dan sudah termasuk biaya franchise selama lima tahun. Estimasi omzet mitra sebesar Rp 2 juta-Rp 3 juta per hari, atau Rp 60 juta-Rp 90 juta per bulan. Adapun laba bersihnya sekitar 15% dari omzet. Mitra bisa balik modal 2 tahun-2,5 tahun. Kedua, paket resto senilai Rp 1 miliar. Fasilitas yang didapat mitra sama, tapi jumlahnya lebih banyak. Omzet mitra ditargetkan Rp 7 juta-Rp 10 juta per hari, atau Rp 200 juta-Rp 300 juta per bulan. Dengan laba bersih 15%, balik modal diharapkan 2 tahun-2,5 tahun.Pietra Sarosa, pengamat waralaba dari Sarosa Consulting, menilai, tawaran De Boliva memiliki peluang cukup baik karena mengusung konsep es krim sehat. Namun, penambahan menu lain justru membuat De Boliva tidak berbeda dari bisnis food and beverages lain. "Kalau dipertajam es krim rendah lemak dan enak, justru bagus karena lebih spesifik," ujarnya. Menurut Pietra, ada empat hal yang harus diperhatikan dalam bisnis ini. Yakni, lokasinya harus strategis, harga sesuai target pasar, suasana tempat, dan kualitas citarasa produk. "De Boliva bisa saja mengusung suasana yang menarik sehingga bisa menjadi tempat berkumpul yang menyenangkan," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Iming-iming laba es krim rendah lemak
Tren gaya hidup sehat telah mendorong munculnya produk-produk makanan sehat. Tak terkecuali es krim. Buktinya, kini makin marak gerai es krim rendah lemak yang diklaim tetap menyehatkan bagi konsumen.Salah satu pemain di bisnis es krim sehat ini adalah Andre Soenjoto, pemilik De Boliva di Surabaya. Berdiri tahun 2000, Andre mulai menawarkan waralaba tahun 2008. Ia mengklaim, produk es krimnya terbuat dari skim milk dengan lemak hanya 3%-4%. Selain itu, kadar gulanya rendah. Berbeda dengan es krim umumnya yang menggunakan susu full cream dengan lemak 15%-17%. "Rasanya juga berbeda, kalau full cream setelah dimakan rasanya masih menempel di lidah dan tenggorokan, tapi es krim low fat tidak," ujar Andre.Sebagai teman menyantap es krim, tersedia kudapan lain, seperti buah, wafer, waffle, salad, pastel, dan pie. Selain itu, ada juga menu makanan berat, seperti nasi goreng, pasta, dan steik. Untuk es krim dibanderol mulai Rp 15.000-Rp 55.000. Harga menu lain mulai Rp 15.000-Rp 165.000 per porsi.Saat ini, De Boliva sudah memiliki lima gerai. Dua di antaranya milik mitra dan sisanya milik sendiri. Tawaran waralaba ini menyediakan dua paket investasi. Pertama, paket Ekspres senilai Rp 300 juta. Paket ini mengusung konsep kafe. Mitra akan mendapat bahan baku awal, peralatan dapur, peralatan bar, interior, meja, kursi, dan cost system untuk kasir, dan sudah termasuk biaya franchise selama lima tahun. Estimasi omzet mitra sebesar Rp 2 juta-Rp 3 juta per hari, atau Rp 60 juta-Rp 90 juta per bulan. Adapun laba bersihnya sekitar 15% dari omzet. Mitra bisa balik modal 2 tahun-2,5 tahun. Kedua, paket resto senilai Rp 1 miliar. Fasilitas yang didapat mitra sama, tapi jumlahnya lebih banyak. Omzet mitra ditargetkan Rp 7 juta-Rp 10 juta per hari, atau Rp 200 juta-Rp 300 juta per bulan. Dengan laba bersih 15%, balik modal diharapkan 2 tahun-2,5 tahun.Pietra Sarosa, pengamat waralaba dari Sarosa Consulting, menilai, tawaran De Boliva memiliki peluang cukup baik karena mengusung konsep es krim sehat. Namun, penambahan menu lain justru membuat De Boliva tidak berbeda dari bisnis food and beverages lain. "Kalau dipertajam es krim rendah lemak dan enak, justru bagus karena lebih spesifik," ujarnya. Menurut Pietra, ada empat hal yang harus diperhatikan dalam bisnis ini. Yakni, lokasinya harus strategis, harga sesuai target pasar, suasana tempat, dan kualitas citarasa produk. "De Boliva bisa saja mengusung suasana yang menarik sehingga bisa menjadi tempat berkumpul yang menyenangkan," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News