IMPC rajin akuisisi lahan pasca IPO



JAKARTA. PT Impack Pratama Industri Tbk (IMPC) akan mengembangkan bisnis kanopi hingga tahun depan. IMPC merupakan perusahaan produsen tiga macam produk kanopi perumahan, mal, dan industri. Yakni, roofing (atap), facade,  dan material. Untuk produk roofing terdiri dari polycarbonate, vinyl, dan fiber reinforced polyster. Kemudian, untuk produk facade yaitu panel komposit aluminium, sedangkan untuk material, IMPC memproduksi bahan campuran vinyl (vinyl compound) yang biasa digunakan sebagai bahan baku botol, perlengkapan mandi dan obat-obatan (pharmaceuticals). Produksi bahan campuran vinyl diproduksi IMPC melalui anak usahanya, PT Unipack Plasindo, bermerek Ployvic dan Crystal.

Hingga kini, IMPC memiliki empat pabrik. Pabrik pertama di kawasan industri Hyundai, Lippo City. Pabrik ini untuk memproduksi produk facade dan roofing berkapasitas produksi 7.488 ton produk facade dan 1.008 ton produk roofing.

Pabrik kedua, untuk di kawasan industri Delta Silicon II berkapasitas produksi 16.650 ton roofing dan 6.480 ton facade. Ketiga, pabrik di Desa Anggadita Karawang untuk memproduksi roofing dan material berkapasitas produksi 1.764 ton roofing dan 5.544 ton produk material.


Pabrik keempat, di Long Thanh District Vietnam. Pabrik ini memproduksi roofing berkapasitas 5.040 ton. Pabrik ini telah berdiri sejak 7 November 2012. Kala itu, IMPC mendirikan perusahaan bernama Impack Vietnam Co. Ltd (IVC). Dalam nama Vietnam, IVC disebut Cong Ty Tnhh Impack Viet Nam.

Akuisisi lahan

Merasa bisnisnya bisa terus berkembang, IMPC mencoba mengembangkan bisnis intinya ini. Nah untuk mendanai, IMPC melepas saham perdana melalui aksi initial public offering (IPO). Kala itu IMPC melepas 150,05 juta saham di harga Rp 3.800 per saham. Seharusnya IMPC meraih dana Rp 570,19 miliar. Tapi

Lindawati, Direktur IMPC mengatakan, hanya mengantongi dana Rp 183,73 miliar. Ini karena 21,04% saham adalah saham divestasi dari ketiga pemegang saham lama.

Dana hasil IPO tersebut sebesar 36% digunakan membeli tanah seluas enam ha di Delta Silicon, Lippo Cikarang, Bekasi. Tanah ini memperluas dan mengembangkan pabrik.

Sedangkan, 24% untuk anak usahanya, PT Unipack Plasindo. Dana tersebut akan digunakan Unipack membeli tanah seluas empat ha di Karawang. Sisanya, untuk modal kerja seperti pembelian bahan baku dan bahan pembantu lainnya.

"Pabrik ini akan mulai dibangun pada tahun 2016 untuk menambah kapasitas," ujar Linda. Tak hanya pabrik di Indonesia, IMPC juga berencana menambah satu mesin baru di pabrik IVC dengan nilai investasi Rp 10 miliar.

Saat ini, pasar IMPC 96,28% produksi di pasar dalam negeri dan 3,72% untuk pasar ekspor. Nah pasca IPO emiten ini berharap bisa meningkatkan pendapatan dan laba bersih di tahun depan 10% hingga 15%.

Lindawati bilang, di tahun ini IMPC menargetkan pendapatan Rp 1,38 triliun. Target tersebut naik 11,29% dari realisasi tahun lalu Rp 1,24 triliun. Sedangkan untuk laba bersih, IMPC berharap dapat meraih Rp 290 miliar di tahun ini, naik dari tahun lalu yang sebesar Rp 185,66 miliar.

Ini artinya di tahun depan IMPC berpotensi mengantongi pendapatan Rp 1,51 triliun-Rp 1,58 triliun dengan laba bersih Rp 319 miliar-Rp 333,5 miliar.

Hingga semester I-2014, pendapatan IMPC tercatat sebesar Rp 696,37 miliar. Jumlah tersebut turun 78,3% year on year (yoy). Tak hanya itu laba bersih emiten ini juga ikut turun 78,42% yoy menjadi Rp 79,69 miliar.

Tak hanya itu, IMPC juga merambah bisnis real estate. Emiten yang resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 17 Desember 2014 juga akan menggenjot pendapatan di bisnis properti.

Perusahaan yang memproduksi bahan bangunan berbahan dasar plastik ini mulai masuk bisnis properti sejak akhir 2012. Perusahaan ini melalui entitas anak, PT Sinar Grahamas Lestari mulai membangun gedung perkantoran modern 32 lantai dengan luas lahan 2,6 hektar (ha). Proyeknya bernama Altira Business Park di Jakarta Utara.

Hingga kini, proses pembangunan proyek tersebut masih berlangsung dan diperkirakan selesai di semester dua tahun depan. Perusahaan ini mengklaim, nantinya gedung ini menjadi gedung perkantoran tertinggi di Jakarta Utara.

Berdasarkan laporan keuangan IMPC hingga enam bulan pertama 2014, lini bisnis real estate ini telah menghasilkan Rp 165,46 miliar. Jumlah tersebut naik 2,7% dari Rp 161,11 miliar. Namun, manajemen tak memaparkan target pertumbuhan pendapatan dari lini bisnis real estate. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana