Impor anjlok, neraca dagang Juni bisa surplus



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan defisit neraca perdagangan yang terjadi sejak April 2018 diperkirakan bakal terhenti pada bulan Juni 2018. Neraca dagang bisa surplus karena didorong oleh turunnya impor yang tajam karena efek libur panjang perayaan Idulfitri.

Selain karena efek libur panjang Lebaran, penurunan nilai impor pada bulan Juni 2018 juga dikarenakan faktor musiman. Biasanya, impor pada bulan-bulan perayaan Idulfitri selalu merosot dibandingkan bulan sebelumnya. Hal itu karena sebagian besar barang impor adalah bahan baku/penolong bagi industri domestik.

Pengusaha cenderung menumpuk bahan baku yang dibutuhkannya beberapa bulan sebelum Ramadan tiba, demi persiapan kenaikan permintaan menjelang Lebaran.


Hal yang sama terjadi pada tahun 2017. Lebaran yang berlangsung pada pekan terakhir Juni 2017 menyebabkan impor anjlok menjadi US$ 9,99 miliar. Jumlah itu merosot 27,45% dibandingkan sebulan sebelumnya yang mencapai US$ 13,77 miliar. Ekspor pada periode tersebut juga turun, namun lebih lambat, hanya 18,64% menjadi US$ 11,66 miliar. Walhasil, neraca dagang surplus sebesar US$ 1,67 miliar (lihat tabel).

"Berdasarkan tracking BI terhadap data trade balance Juni, impor bulan Juni menurun signifikan sehingga trade balance Juni 2018 diperkirakan akan surplus," jelas Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah, kepada KONTAN, Jumat (6/7).

Meski demikian, Nanang tidak mengatakan secara spesifik berapa perkiraan surplus neraca dagang yang akan terjadi. Data resmi kinerja ekspor dan impor akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tengah bulan ini.

Tim khusus

Namun Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution melihat, neraca perdagangan pada Juni 2018 belum akan surplus. Dia berharap neraca dagang bisa surplus dalam waktu yang tak lama lagi lagi. "Kalau Juni saya belum percaya. Tapi ya, kami ingin jangan terlalu lama, ujar Darmin.

Neraca perdagangan Juni 2018 kemungkinan masih defisit karena sejauh ini belum ada usaha menekan impor maupun mendongkrak ekspor. Menurut Darmin, pemerintah tengah mengkaji rencana pembentukan satuan kerja khusus dalam menangani permasalahan ekspor impor. "Kami akan bentuk task force untuk merumuskan lebih persis apa saja yang dilakukan di bidang ekspor dan impor, sehingga dalam waktu tidak lama lagi kami ingin defisit neraca perdagangan mengecil dan bisa kami rombak jadi positif," jelas Darmin, Jumat (6/7).

Satuan kerja ini dibentuk agaknya karena beratnya tekanan terhadap rupiah akibat kenaikan bunga acuan di Amerika Serikat. Bila neraca dagang negatif, rupiah sulit menguat. Apalagi pemerintah ingin menjawab isu perdagangan dunia, yakni perang dagang antara Amerika Serikat dan China. "Banyak negara yang mengalami transaksi berjalan negatif. Lihat saja Brasil, India, Afrika, tapi neraca perdagangan tidak banyak yang negatif," ujar Darmin.

Darmin mengaku sudah duduk bareng Menteri Pariwisata hingga Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk membahas barang yang bisa didorong ekspor, dan usaha meningkatkan pasokan devisa dari pariwisata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati