Impor AS dari China turun 5,1% di dua pelabuhan paling ramai



KONTAN.CO.ID - LOS ANGELES. Kompleks pelabuhan Los Angeles dan Long Beach, yang merupakan pelabuhan tersibuk di Amerika Serikat (AS) dan merupakan pelabuhan nomor satu untuk perdagangan laut dengan China, mencatat penurunan 5,1% kontainer kargo masuk di bulan Juni. Kebuntuan negosiasi perdagangan antara AS dan China mengganggu rantai pasokan global.

Impor ke Pelabuhan Long Beach yang lebih kecil turun 13,7% dari Juni 2018. Angka ini jauh melampaui kenaikan kenaikan 3,5% kargo masuk di di Pelabuhan Los Angeles, yang memproses 396.306,5 unit setara 20-kaki, pengukuran maritim standar untuk menghitung kontainer kargo.

Penurunan impor ini memasuki bulan kedua setelah Mei lalu. Fasilitas pelabuhan yang luas ini biasanya menghadapi puncak impor untuk persediaan penjualan musim dingin mendatang. 


Perusahaan-perusahaan logistik mulai dari pelayaran hingga perusahaan pengiriman sudah siap-siap menerima kondisi ekonomi global. Banyak perusahaan diperingatkan bahwa ekonomi global sedang menurun yang sebagian disebabkan oleh ketegangan perdagangan antara AS dan China.

Menurut data perdagangan S&P Global Market Intelligence Panjiva, penurunan impor bulan Mei terutama karena volume pemotongan Cosco Shipping China di Pelabuhan Long Beach. Seorang jurubicara untuk Pelabuhan Long Beach mengatakan, otoritas pelabuhan melihat pergeseran serupa oleh kapal kargo pada bulan Juni.

Pelabuhan AS membukukan rekor impor pada tahun 2018 setelah pengecer bergegas mengimpor sejumlah barang China - termasuk furnitur, peralatan, dan suku cadang mobil - sebelum dikenakan tarif baru. Pengecer memenuhi gudang dan hingga kini masih berupaya melepas persediaan tersebut. 

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump meningkatkan konflik perdagangan Mei lalu. Trump mengumumkan kenaikan tarif pada US$ 200 miliar produk China. China membalas dengan kenaikan tarif US$ 60 miliar barang AS.

Setelah pertemuan pada G20 akhir Juni lalu, AS menghentikan rencana penerapan kenaikan tarif atas US$ 300 miliar sisa impor China. Kedua negara saat ini masih mencari kesepakatan perdagangan.

"Pengecer masih ingin melindungi pelanggan mereka dari potensi kenaikan harga yang akan datang dengan tarif tambahan, tapi dengan penundaan tarif terbaru dan gudang menggembung, pengecer tidak bisa banyak beraktivitas," kata Jonathan Gold, vice president for supply chain and customs policy National Retail Federation kepada Reuters.

Ekspor AS yang terpukul oleh tarif pembalasan China, turun 3,4% secara tahunan pada bulan Juni. Data ekspor ini merupakan data dari kedua pelabuhan.

Editor: Wahyu T.Rahmawati