KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Industri Polyester di Indonesia sedang merana akhir-akhir ini lantaran kesulitan memenuhi kebutuhan bahan bakunya yakni Mono Etilen Glikol (MEG). Dikhawatirkan masalah ini akan berdampak negatif terhadap industri turunannya seperti tekstil dan lainnya. Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wiraswata mengatakan, masalah tersebut disebabkan oleh perhitungan yang kurang cermat saat pengambilan kebijakan karena MEG dalam kondisi langka atau shortage. Dalam kondisi normal, kebutuhan MEG di Indonesia sebagai bahan baku Polyester tercatat sebanyak 600.000 ton per tahun. Di sisi lain, kapasitas produksi MEG di Indonesia hanya 200.000 ton per tahun. Namun, dalam tiga tahun terakhir, Indonesia hanya mampu memproduksi sekitar 50.000 ton MEG per tahun. "Alhasil kami harus impor MEG yang mayoritas dari Arab Saudi," kata Redma, Senin (12/2).
Impor Bahan Baku Sulit, Industri Polyester Terancam Berhenti Produksi
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Industri Polyester di Indonesia sedang merana akhir-akhir ini lantaran kesulitan memenuhi kebutuhan bahan bakunya yakni Mono Etilen Glikol (MEG). Dikhawatirkan masalah ini akan berdampak negatif terhadap industri turunannya seperti tekstil dan lainnya. Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wiraswata mengatakan, masalah tersebut disebabkan oleh perhitungan yang kurang cermat saat pengambilan kebijakan karena MEG dalam kondisi langka atau shortage. Dalam kondisi normal, kebutuhan MEG di Indonesia sebagai bahan baku Polyester tercatat sebanyak 600.000 ton per tahun. Di sisi lain, kapasitas produksi MEG di Indonesia hanya 200.000 ton per tahun. Namun, dalam tiga tahun terakhir, Indonesia hanya mampu memproduksi sekitar 50.000 ton MEG per tahun. "Alhasil kami harus impor MEG yang mayoritas dari Arab Saudi," kata Redma, Senin (12/2).