KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menandatangani nota kesepahaman dengan Direktorat Bea Cukai Kementerian Keuangan untuk pengembangan integrasi sistem informasi. Tujuannya adalah pemberian fasilitas fiskal atas impor barang operasi keperluan Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) untuk kegiatan hulu migas. KKKS diharapkan bisa lebih cepat bekerja untuk memproduksi migas. Asal tahu saja Menteri Keuangan sudah lama menerbitkan aturan soal bebas bea ini berdasarkan PMK No 177/2007 mengenai pembebasan bea masuk atas impor barang untuk kegiatan usaha hulu migas dan panas bumi. Namun selama ini, jangka waktu mengurusnya sangat lama.
Direktur Jenderal Bea Cukai, Heru Pambudi menambahkan dengan kerjasama ini, pemerintah akan memberikan insentif pembebasan bea masuk barang impor untuk KKKS dan pembebasan pajak barang impor baik PPN maupun PPh impor. Sinergi ini diharapkan dapat mempermudah KKKS dalam mengajukan permohonan fasilitas pembebasan fiskal atas impor barang operasi untuk kegiatan Usaha Hulu Migas. "Sehingga diharapkan KKKS tertarik untuk berinvestasi melakukan eksplorasi dan eksploitasi di Indonesia," kata Heru, di Kantor Kementerian ESDM, Kamis (16/11). Setelah melakukan integrasi sistem, pelayanan terhadap pemberian fasilitas fiskal atas impor barang operasi keperluan KKKS untuk kegiatan usaha hulu migas akan lebih cepat. Jika sebelumnya transaksi dilakukan enam kali, maka setelah sistem terintegrasi akan hanya menjadi dua kali atau lebih cepat 66%. "Sementara untuk total waktu yang dibutuhkan dalam pengurusan fasilitas ini hanya akan menjadi 24 hari kerja atau kurang lebih 42,8% lebih cepat," jelasnya. Dengan langkah sinergi ini diharapkan nilai impor bisa lebih besar. Berdasarkan data Bea Cukai, pemberian fasilitas migas yang telah dikeluarkan oleh Bea Cukai di tahun 2015 sebanyak 1.392 surat keputusan pemberian fasilitas migas dan di tahun 2016 sebanyak 1.221 surat. "Nilai impor yang meningkat dari US$ 2,3 miliar tahun 2015 menjadi US$ 3,9 miliar di tahun 2016. Penerimaan negara kami tingkatkan dan kalau ada
cost recovery kami efisiensi," ujar Heru. Salah satu contoh efisiensi yang bisa didapat KKKS melalui pemberian fasilitas migas adalah efisiensi 14 rig senilai Rp 300 miliar. Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi juga optimistis, sinergi ini akan menciptakan efisiensi dari sisi anggaran
cost recovery pada tahun depan. Pasalnya akan ada penghematan waktu untuk mengurus barang impor di bea cukai. Dengan sinergi, waktu yang dihabiskan oleh KKKS bisa lebih pendek. Ia belum bisa mengestimasi berapa persen efisiensi atau nilai dollar AS yang bisa dihemat. "Tapi
cost recovery akan turun karena waktu yang harus dihabiskan KKKS lebih pendek, sehingga personel KKKS akan bisa menggunakan waktu untuk pekerjaan lain, jadi lebih produktif," jelas Amien Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Ego Syahrial menjelaskan, tujuan kerjasama ini agar industri hulu migas kembali
on the track. Salah satunya upaya meningkatkan produksi migas. Sebab kebutuhan minyak mencapai 1,6 juta barel per hari. Tapi produksi hanya 800.000 barel per hari. Dengan kondisi tersebut, Indonesia harus mengimpor sekitar 800.000 minyak per hari. Untuk itu pihaknya berharap KKKS bisa melakukan produksi secara cepat dengan penyederhanaan izin dan bebas cukai atas barang produksi KKKS. "Rata-rata waktu memproduksi minyak dari suatu lapangan migas mencapai 10 tahun," kata dia.
Dia menyatakan, saat ini ada beberapa proyek hulu migas yang strategis seperti proyek IDD di Bangka Selat Makassar, proyek Tangguh Train 3, proyek Lapangan Tiung Biru, dan yang terbesar itu pengembangan Lapangan Masela yang ada di Timur Indonesia. Selain meningkatkan produksi, Ego memang berharap dengan adanya sinergi ini maka target investasi pada tahun depan sebesar US$ 13,5 miliar bisa tercapai. Sebab pada tahun ini target investasi migas sebesar US$ 14 miliar sulit tercapai. Hingga Oktober, realisasi investasi migas hanya US$ 6,4 miliar. "Awal tahun 2018 kegiatan investasi migas kami harapkan bergairah lagi. Banyak proyek yang
groundbreaking seperti proyek Tiung Biru, pipa Duri-Dumai. Tahun depan kami harapkan lapangan migas sudah bisa
onstream," jelas Ego. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dessy Rosalina