Impor beras tidak mampu menormalkan harga beras



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati beras impor mulai masuk dan memasuki masa panen padi akhir bulan Februari ini, harga beras masih tak beranjak turun signifikan. Hingga pekan keempat bulan Februari ini, harga beras masih tinggi. Harga beras memang sempat turun, namun nilai penurunannya tipis hanya berkisar Rp 100 per kilogram (kg).

Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo Adi mengakui harga beras belum normal. Ia mengambil contoh, saat ini harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) relatif masih beragam.

Ada yang harganya murah, sekitar Rp 8.500 per kg, tapi ada juga yang mahal mencapai Rp 11.000 per kg untuk jenis medium. "Tapi secara umum, harga beras rata-rata masih tinggi," ujar dia kepada KONTAN, Jumat (23/2).


Meski begitu, Arief bilang pasokan beras ke PIBC sekarang mulai stabil. Hingga Kamis (22/2), stok beras 28.340 ton. Jumlah pasokan 4.100 ton, sementara beras yang keluar sebanyak 3.895 ton.

Porsi pemasok beras ke PIBC antara lain berasal dari Perum Bulog yang sebanyak 26,10%. Pasokan dari petani Jawa Tengah sebesar 23,92%, antar pulau sebesar 20,89%, Cirebon 9,05%, Karawang 8,60% dan selebihnya dari beberapa daerah lain.

Arief menuturkan, minggu ini merupakan terakhir kalinya PIBC mendapatkan guyuran beras dari Bulog. Pasalnya, pasokan beras dari daerah sudah mulai stabil.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa memperkirakan, harga beras masih akan fluktuatif di kisaran tinggi, bahkan, masih berpotensi meningkat. Ia memprediksikan, panen yang berlangsung belum mempengaruhi harga beras saat ini. "Februari sampai Maret itu memang panen, tetapi kan itu panen gabah bukan panen beras," ujar dia.

Menurut Dwi, dibutuhkan waktu hingga harga beras mulai mengalami penurunan. Pasalnya, setiap daerah pun masih memenuhi kebutuhannya masing-masing sebelum dikirimkan ke daerah-daerah yang tidak memproduksi padi.

Meskipun harga beras menurun, Dwi memperkirakan harga tidak akan bisa kembali ke kisaran harga yang berlaku tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie