JAKARTA. Indonesia semakin bergantu pada bahan pangan impor. Terbukti, di Januari-Agustus 2011 ini, menurut angka Badan Pusat Statistik (BPS), volume impor serelalia, yaitu biji-bijian penghasil karbohidrat seperti padi-padian, jagung, dan gandum, mencapai US$ 3,29 miliar, naik 188,7% dibanding impor di periode yang sama tahun 2010 yang hanya US$ 1,14 miliar. Franky Sibarani, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), mengatakan, industri dalam negeri memang bergantung pada serealia impor, khususnya gandum, karena belum dihasilkan di dalam negeri. Celakanya, kata Franky, harganya juga cenderung makin mahal. "Harga gandum semakin mahal dari tahun ke tahun," kata Franky, Minggu (9/10). Ini pula yang menyebabkan nilai impor serealia Indonesia pada Januari-Agustus naik.
Impor biji-bijian naik hingga 188,7%
JAKARTA. Indonesia semakin bergantu pada bahan pangan impor. Terbukti, di Januari-Agustus 2011 ini, menurut angka Badan Pusat Statistik (BPS), volume impor serelalia, yaitu biji-bijian penghasil karbohidrat seperti padi-padian, jagung, dan gandum, mencapai US$ 3,29 miliar, naik 188,7% dibanding impor di periode yang sama tahun 2010 yang hanya US$ 1,14 miliar. Franky Sibarani, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), mengatakan, industri dalam negeri memang bergantung pada serealia impor, khususnya gandum, karena belum dihasilkan di dalam negeri. Celakanya, kata Franky, harganya juga cenderung makin mahal. "Harga gandum semakin mahal dari tahun ke tahun," kata Franky, Minggu (9/10). Ini pula yang menyebabkan nilai impor serealia Indonesia pada Januari-Agustus naik.