JAKARTA. Harga minyak mentah dunia turun dari level tertinggi dalam dua tahun. Impor bersih minyak mentah China yang menyusut pada bulan Agustus 2013, membuat harga minyak terkoreksi. Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) pada perdagangan Bursa Nymex, Senin (9/9) pukul 17.54 WIB, melemah 0,44% menjadi US$ 110,04 dibandingkan hari sebelumnya. Impor minyak mentah China mencapai 21,43 juta metrik ton pada Agustus lalu, turun 17,9% dibandingkan Juli. Tapi, impor pada Agustus masih lebih tinggi 16,5% dibanding Agustus tahun lalu.
Total impor minyak China selama delapan bulan pertama tahun ini mencapai 180,30 juta metrik ton, naik 2,9% dibanding periode sama tahun lalu. Impor minyak China selama Agustus turun karena beberapa perusahaan pengolahan menjadwalkan pemeriksaan kilang. Selain karena data impor China, harga minyak juga masih terseret kondisi geopolitik di Timur Tengah yang belum pulih. Amerika Serikat (AS) terus mencari dukungan untuk rencana aksi militer terhadap Suriah. Akhir pekan ini, Senat AS diperkirakan akan memberikan suara pada resolusi untuk menyerang Suriah. Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures mengatakan, pasar tengah menanti apakah AS akan melanjutkan rencana militer ke Suriah. "Ketidakpastian ini membuat harga minyak terkoreksi," ujarnya. Jika AS melanjutkan aksi militer, maka kemungkinan besar harga minyak akan melanjutkan penguatan. Apalagi, jika aksi militer ini meluas di kawasan Timur Tengah, kenaikan akan bertambah kuat. Sependapat dengan Nizar, Daru Wibisono, analis Monex Investindo Futures mengatakan, harga minyak mentah berada dalam tren kenaikan untuk jangka panjang. "Dalam jangka panjang, harga minyak bisa reli ke level US$ 112 per barel hingga US$ 116 per barel, karena pekan ini akan mendapat kepastian apakah AS akan menyerang Suriah atau tidak," kata Daru.
Grafik teknikal juga mendukung potensi
bullish harga minyak WTI. Harga berada di atas
moving average (MA) 50, MA 100, dan MA 200, menunjukkan tren kenaikan bagi harga.
Stochastic mengarah ke atas batas level 80, masih berada dalam kondisi
bullish. Namun,
relative strength index (RSI) sudah di level 70, dan berpotensi menukik ke bawah. "Kalau pun koreksi, mungkin akan menuju ke level 108,90, tetapi tren masih dominan untuk penguatan harga," jelas Daru. Daru memperkirakan, harga minyak cenderung menguat di kisaran US$ 108,90 per barel - US$ 112 per barel dalam sepekan. Nizar memproyeksikan penguatan minyak berada di kisaran US$ 112 per barel dan jika menyentuh ke level
bearish, harga bergerak di bawah US$ 106 per barel. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati