JAKARTA. Neraca perdagangan di bulan September 2016 tercatat surplus US$ 1,2 miliar. Nilai tersebut diperoleh dari surplus perdagangan nonmigas sebesar US$ 1,9 miliar dan defisit perdagangan migas sebesar US$ 0,7 miliar. "Surplus neraca perdagangan September menjadi yang terbesar sepanjang 2016," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di Jakarta, Selasa, (18/10). Secara kumulatif neraca perdagangan nonmigas Januari-September 2016 surplus sebesar US$ 9,7 miliar dan neraca perdagangan migas defisit US$ 4,0 miliar. Perolehan tersebut membuat neraca perdagangan secara total surplus sebesar US$ 5,7 miliar.
“Perkembangan surplus neraca perdagangan memberikan sinyal positif bagi membaiknya perdagangan luar negeri Indonesia dan perekonomian secara keseluruhan,” tambahnya. Beberapa negara mitra dagang memberikan nilai surplus terbesar yaitu India, Amerika Serikat (AS), Filipina, Belanda, dan Pakistan. Total nilai perdagangan mencapai US$ 2,2 miliar. Sementara perdagangan dengan China, Thailand, Argentina, Jepang, dan Ukraina menyebabkan defisit nonmigas terbesar yang jumlahnya mencapai US$ 1,7 miliar. Meskipun mencatatkan nilai surplus tertinggi sepanjang 2016, Menteri Enggar menjelaskan, nilai ekspor Indonesia pada September 2016 yang sebesar US$ 12,5 miliar melemah 0,6% dibanding September 2015 (yoy). Ekspor nonmigas meningkat 2,9% (yoy), sementara ekspor migas menurun 27,0%. Secara umum, ekspor nonmigas Indonesia periode Januari-September 2016 mengalami penurunan ke hampir semua negara. Namun, masih terdapat negara tujuan ekspor yang meningkat antara lain ke Swiss (104,0% yoy), Filipina (25,1% yoy), dan Vietnam (5,9% yoy). Sementara itu, produk ekspor nonmigas Indonesia yang menguat pada Januari-September 2016 antara lain perhiasan/permata (15,8% yoy), berbagai produk kimia (13,5% yoy), ikan dan udang (8,0% yoy), mesin dan peralatan mekanik (3,2% yoy), serta alas kaki (2,5% yoy). Pada September 2016, nilai impor tercatat US$ 11,3 miliar, turun 8,78% (mom) atau turun 2,3% (yoy). Total nilai impor tersebut terdiri atas impor nonmigas sebesar US$ 9,5 miliar (turun 9,7% mom dan turun 0,9% yoy) dan impor migas sebesar US$ 1,7 miliar (turun 2,9% mom dan turun 8,9% yoy). Secara kumulatif, impor periode Januari-September 2016 mencapai US$ 98,7 miliar atau menurun 8,61% (yoy).
Namun demikian, nilai impor barang konsumsi selama periode Januari-September 2016 justru naik 12,8% (yoy). Berbeda dengan impor barang modal dan bahan baku/penolong yang masing-masing turun sebesar 12,7% dan 9,8%. Barang konsumsi yang impornya naik signifikan antara lain daging hewan (85,2% yoy), barang-barang dari kulit (40,6% yoy), dan sayuran (19,0% yoy). Sedangkan bahan baku/penolong yang impornya turun signifikan antara lain benda-benda dari besi dan baja (-23,3% yoy), bahan kimia organik (-17,2% yoy), dan pupuk (-22,8% yoy). Sementara itu, barang modal yang impornya turun signifikan antara lain mesin/pesawat mekanik (-7,8% yoy), mesin/peralatan listrik (-4,5% yoy), serta kendaraan bermotor dan bagiannya (-4,8% yoy). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini