Impor daging membengkak, swasembada daging terancam



JAKARTA. Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Joni Liano, pembatasan terhadap daging impor perlu diperketat. Pasalnya, bila daging impor menyerbu pasar dalam negeri, otomatis harga daging stabil dan program swasembada daging terancam gagal.

Akibat importir daging yang semakin membengkak, harga daging sapi dalam negeri semakin merosot. "Apfindo terpaksa mensiasatinya dengan menjual daging sapi betina", ujar Joni kepada KONTAN, Jumat (11/2).Sekarang harga daging sapi betina yang masih hidup sebesar Rp 18.000 per kilogram (kg) dan setelah didagingkan dijual sebesar Rp 54.000 per kg."Kalau sapi betina terus disembelih maka otomatis swasembada daging yang dicanangkan pemerintah 2014 ini terancam gagal," kata Joni.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan Kamis (10/2), harga daging sapi Rp 68.251 per kilogram sedikit turun dibandingkan dengan harga awal Februari (1/2) sebesar Rp 68.366/kg.Pada tahun 2010 lalu, jumlah impor daging mencapai 120.000 ton melampauhi target yang dipatok pemerintah sebanyak 76.000 ton. Hal ini menurut Joni bisa membahayakan peternak sapi lokal yang terpaksa menurunkan harga. Joni menguraikan dari tahun ke tahun jumlah impor daging sapi semakin merosot.Berdasarkan data Afpindo pada tahun 2008 Afpindo mengimpor sapi sebesar 642.000 ekor atau setara 115.600 ton bila didagingkan, sementara jumlah daging impor mencapai 925.000 ton. Pada tahun 2009 impor sapi mencapai 765.000 ekor atau setara 137.000 ton daging, sementara impor daging mencapai 119.000 ton.


Namun pada tahun 2010 impor sapi mengalami penurunan menjadi 521.000 ton setara 937.000 ton daging sementara daging impor mencapai 110.000 ton. "Daging impor naik sementara sapi impor turun," jelas Joni.Menurut Joni, sekarang daging impor tidak memiliki nilai yang signifikan akibat mengelembungnya impor daging. Padahal sapi impor itu memiliki nilai lebih seperti membutuhkan pengemukan selama 60 hari. "Otomatis kami mempekerjakan orang dan mengeluarkan biaya untuk perawatannya," imbuh Jon.Saat ini kapasitas kandang yang dimiliki seluruh anggota Afpindo sebesar 1,3 juta ekor sapi per tahun. Sementara itu kebutuhan daging indonesia 2011 mencapai 56.000 ton. Joni menambahkan bahwa Dirjen peternakan mengalokasikan pasokan daging dalam negeri sebesar 316.000 ton dan impor sebesar 150.000 ton. Afpindo berencana mengimpor sapi tahun ini sebesar 645.000 ton atau setara 116.000 ton daging dan impor daging ditargetkan sebesar 74.000 ton.Ketua Asosiasi Pengimpor Daging Indonesia, Thomas Sembiring menanggapi bahwa tidak benar kalau akibat impor daging menyebabkan swasembada daging dalam negeri terancam gagal. "Lebih baik kita bentuk tim monitoring untuk mengkalkulasikan berapa kebutuhan daging dalam negeri, berapa jumlah produksi lokal dan berapa yang harus diimpor," kata Thomas kepada KONTAN, Jumat (11/2).Thomas menyangkan ucapan Joni sebab sapi impor dan daging impor sama-sama barang impor. Thomas menepis alasan bahwa sapi impor bisa menyerap tenaga kerja, sebab impor daging juga membutuhkan tenaga kerja. "Afpindo sendiri menjual daging sapi lebih rendah dari harga yang impor daging," ujar Thomas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini