JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (ASPIDI) tidak mempermasalahkan keputusan pemerintah Indonesia yang menghentikan impor daging sapi dari Amerika Serikat (AS) karena merebaknya penyakit sapi gila. Selama ini, impor daging Indonesia dari negara paman Sam tersebut relatif kecil dibandingkan dari Australia dan Selandia Baru. Thomas Sembiring, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengimpor Daging Indonesia (Aspidi) mengatakan, dari jatah impor daging sapi sebanyak 20.400 ton pada kuartal I tahun ini, hanya sekitar 5,8% atau sebanyak 1.185 ton yang berasal dari AS. "Jumlah tersebut tidak signifikan dibandingkan dari Australia dan Selandia Baru," hitung Thomas. Dari data Aspidi, impor daging sapi dari AS tersebut hanya dilakukan oleh sembilan perusahaan importir. Menurut Thomas, keputusan penghentian impor daging sapi dari AS tersebut merupakan hak pemerintah Indonesia. Berbeda dengan virus flu burung atau penyakit kuku dan mulut, penyakit sapi gila ini sebenarnya bersifat kasuistik. Wilayah AS yang terjangkit penyakit sapi gila tersebut adalah California. Padahal sentra penggemukan sapi terbesar di AS adalah di wilayah mid west. "Meski demikian kami hormati keputusan pemerintah," jelas Thomas. Senada dengan Thomas, Ketua Asosiasi Distributor Daging Indonesia (Addi) Suharjito mengatakan, selama ini anggotanya tidak ada yang melakukan impor daging sapi dari Amerika. "Mayoritas dari Australia dan Selandia Baru," papar Soehardjito. Berbeda dengan daging sapi asal Australia dan Selandia Baru, daging sapi asal AS merupakan jenis daging sapi premium. Menurut Suharjito, impor daging sapi asal AS mayoritas jenisnya adalah tenderloin dan sirloin. Pasar daging asal AS juga terbatas, rata-rata konsumennya adalah kalangan hotel dan restoran. Taufik Mampuk, Manager Impor PT Mitra Sarana Purnama, salah satu perusahaan importir daging mengatakan bila penghentian impor daging asal AS tersebut tidak terlalu berpengaruh. "Tidak masalah, yang menjadi persoalan adalah kuota daging yang terlalu sedikit," aku Taufik. Bagi Aspidi dan Addi, yang menjadi permasalahan saat ini adalah berkurangnya stok impor daging yang diberikan oleh pemerintah. Sekedar informasi, kuota impor daging sapi tahun ini hanya sebanyak 34.000 ton, turun 66% dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 100.000 ton. Perlu diketahui, Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan sudah membuat keputusan berupa larangan sementara untuk mengimpor daging sapi dari Amerika Serikat karena adanya temuan penyakit sapi gila sejak Kamis (26/4) kemarin.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Impor daging sapi asal AS hanya 5,8%
JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (ASPIDI) tidak mempermasalahkan keputusan pemerintah Indonesia yang menghentikan impor daging sapi dari Amerika Serikat (AS) karena merebaknya penyakit sapi gila. Selama ini, impor daging Indonesia dari negara paman Sam tersebut relatif kecil dibandingkan dari Australia dan Selandia Baru. Thomas Sembiring, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengimpor Daging Indonesia (Aspidi) mengatakan, dari jatah impor daging sapi sebanyak 20.400 ton pada kuartal I tahun ini, hanya sekitar 5,8% atau sebanyak 1.185 ton yang berasal dari AS. "Jumlah tersebut tidak signifikan dibandingkan dari Australia dan Selandia Baru," hitung Thomas. Dari data Aspidi, impor daging sapi dari AS tersebut hanya dilakukan oleh sembilan perusahaan importir. Menurut Thomas, keputusan penghentian impor daging sapi dari AS tersebut merupakan hak pemerintah Indonesia. Berbeda dengan virus flu burung atau penyakit kuku dan mulut, penyakit sapi gila ini sebenarnya bersifat kasuistik. Wilayah AS yang terjangkit penyakit sapi gila tersebut adalah California. Padahal sentra penggemukan sapi terbesar di AS adalah di wilayah mid west. "Meski demikian kami hormati keputusan pemerintah," jelas Thomas. Senada dengan Thomas, Ketua Asosiasi Distributor Daging Indonesia (Addi) Suharjito mengatakan, selama ini anggotanya tidak ada yang melakukan impor daging sapi dari Amerika. "Mayoritas dari Australia dan Selandia Baru," papar Soehardjito. Berbeda dengan daging sapi asal Australia dan Selandia Baru, daging sapi asal AS merupakan jenis daging sapi premium. Menurut Suharjito, impor daging sapi asal AS mayoritas jenisnya adalah tenderloin dan sirloin. Pasar daging asal AS juga terbatas, rata-rata konsumennya adalah kalangan hotel dan restoran. Taufik Mampuk, Manager Impor PT Mitra Sarana Purnama, salah satu perusahaan importir daging mengatakan bila penghentian impor daging asal AS tersebut tidak terlalu berpengaruh. "Tidak masalah, yang menjadi persoalan adalah kuota daging yang terlalu sedikit," aku Taufik. Bagi Aspidi dan Addi, yang menjadi permasalahan saat ini adalah berkurangnya stok impor daging yang diberikan oleh pemerintah. Sekedar informasi, kuota impor daging sapi tahun ini hanya sebanyak 34.000 ton, turun 66% dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 100.000 ton. Perlu diketahui, Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan sudah membuat keputusan berupa larangan sementara untuk mengimpor daging sapi dari Amerika Serikat karena adanya temuan penyakit sapi gila sejak Kamis (26/4) kemarin.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News