Impor Direm, Target Bea Masuk Tetap Naik



JAKARTA. Meski pemerintah tengah berupaya mengerem laju impor terutama untuk impor barang konsumsi guna memperbaiki defisit neraca perdagangan, namun di sisi lain pemerintah justru menaikkan target penerimaan bea masuk (BM).

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2014 pemerintah mematok target penerimaan perdagangan internasional dari bea masuk Rp 35,7 triliun, naik 5,3% dari APBN 2014 sebesar Rp 33,9 triliun. Hingga akhir Mei 2014,  realisasi penerimaan BM sebesar Rp 12,7 triliun.

Direktur Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan Agung Kuswandono mengatakan, kenaikan target penerimaan bea masuk di APBNP 2014 karena pelemahan nilai tukar rupiah. Selain itu, "potensi importasi barang, terutama barang konsumsi menjelang lebaran cukup besar," jelasnya baru-baru ini.


Dalam APBNP 2014, pemerintah mematok asumsi nilai tukar rupiah Rp 11.600 per dollar Amerika Serikat (AS), lebih lemah dari asumsi di APBN 2014 yang sebesar Rp 10.500 per dollar AS.

Laju impor ke Indonesia memang masih cukup tinggi. Pada April 2014 misalnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total impor Indonesia sebesar US$ 16,26 miliar naik 11,93% dari bulan sebelumnya. Dari jumlah itu, impor non migas pada April 2014 tercatat sebesar US$ 12,56 miliar naik 19,32% dari Maret 2014. Bila dibandingkan dengan April 2013, nilai impor ini turun sekitar 1,26%.

Ekonom Universitas Indonesia Lana Soelistyaningsih bilang, meski pemerintah berupaya untuk mengendalikan impor, tapi untuk saat ini pertumbuhan impor sudah stagnan. "Impor tidak bisa turun lebih dalam karena kita masih tergantung pada impor untuk menopang industri," jelasnya. Karena laju impor diperkirakan masih tinggi, Lana meyakini target penerimaan bea masuk impor akan tercapai.

Sementara itu, pemerintah mematok target bea keluar (BK) Rp 20,6 triliun di APBNP 2014 atau naik tipis bila dibanding targetnya di APBN 2014 yang sebesar Rp 20 triliun. Agung bilang untuk tahun ini pemerintah tak bisa berharap banyak dari penerimaan bea keluar lantaran kinerja ekspor yang belum menunjukkan perbaikan yang signifikan dan harga komoditas masih lemah. Maklum, ekspor Indonesia sebagian besar ditopang oleh komoditas seperti minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). "Kami juga belum yakin ekspor mineral akan jalan di tahun ini," jelas Agung.

Tapi, Agung optimistis pemerintah bisa meraih target penerimaan dari kepabeanan dan cukai Rp 173,7 triliun di APBNP 2014 yang terdiri dari penerimaan cukai dan perdagangan internasional. "Bagi kami yang penting bisa mengejar total target penerimaan," kata Agung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi