Impor gandum 2017 diprediksi tembus 8,79 juta ton



JAKARTA. Tren impor gandum sepanjang tahun ini diprediksi tetap meningkat seiring dengan peningkatan konsumsi makanan berbahan tepung terigu di Tanah Air. Asosiasi Produsen Tepung Terigu (Aptindo) memprediksi tahun ini kenaikan impor gandum mencapai 6% dibandingkan realisasi impor sepanjang tahun lalu yang mencapai 8,3 juta ton.

Peningkatan impor itu sesuai dengan kebutuhan gandum di tahun ini. Estimasi Aptindo, kebutuhan gandung nasional di 2017 menembus 8,79 juta ton.

Ketua Umum Aptindo Franciscus Welirang mengatakan, tren kenaikan 6% merupakan laju pertumbuhan permintaan impor gandum yang lazim terjadi setiap tahun. "Sekitar 50% pasokan gandum akan diimpor dari Australia karena lebih dekat," ujarnya kepada KONTAN, akhir pekan lalu.


Menurut pria yang akrab disapa Franky ini, selain Australia, Indonesia juga mengimpor gandum dari Kanada, Amerika Serikat (AS), Argentina, Brasil, Rusia dan sejumlah negara lainnya.

Impor dari negara lain dinilai Franky tetap penting, kendati jarak negeri itu jauh dari Indonesia. Alasan Franky, ketergantungan pada satu negara impor cukup berisiko. Selain itu, jenis dan kualitas gandum yang diimpor juga berbeda-beda sehingga setiap industri mengimpor gandum berdasar kebutuhannya.

Ia menambahkan tren pertumbuhan impor gandum tahun ini berpotensi melejit lebih tinggi apabila perusahaan pakan ternak masih diizinkan bebas mengimpor gandum untuk bahan baku pengganti jagung. Ia bilang tahun lalu, impor gandum untuk industri pakan mencapai 2,2 juta ton. Padahal, tahun 2015 impor gandum untuk pakan ternak tidak ada alias nol. Alhasil, impor gandum secara keseluruhan tahun 2016 lalu mencapai 10,5 juta ton.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo menambahkan, tahun ini industri pakan ternak dilarang mengimpor gandum dan jagung. Karena itu, tak ada lagi substitusi jagung, jika produksi dalam negeri kurang.

Untuk itu, ia berharap pasokan jagung dalam negeri, terutama pada semester kedua tahun ini bisa terus normal sehingga perusahaan pakan ternak tidak kekurangan bahan baku. Apalagi, perusahaan pakan telah investasi membangun gudang baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini