JAKARTA. Pemerintah telah menunjuk PT Garam untuk mengimpor 75.000 ton garam dari Australia. Hal ini terkesan dipaksakan dan rawan ditunggangi rente bisnis politik yang berujung korupsi. Menyikapi hal tersebut, Peneliti INDEF Nailul Huda berpendapat, kelangkaan garam industri ini sebuah pelajaran penting bagi pemerintah untuk selalu membuat kebijakan yang melihat kondisi yang akan datang dan tepat pada akar permasalahan. Kebijakan Impor jangan selalu dijadikan solusi instan dan satu satunya solusi kebijakan pangan. Kebijakan dengan melihat kondisi yang akan datang maksudnya adalah kejadian ini bisa diprediksi jauh-jauh hari karena garam untuk industri memang belum bisa dipenuhi oleh petani garam lokal. "Jadi pemerintah sudah bisa memprediksi adanya kelangkaan ini dan sudah menyiapkan stok garam industri. Dan juga pemerintah harus membangun infrastruktur produksi dan pemberdayaan petani," kata Huda dalam pernyataan yang diterima KONTAN, Senin (31/7).
Impor garam rawan rente bisnis politik
JAKARTA. Pemerintah telah menunjuk PT Garam untuk mengimpor 75.000 ton garam dari Australia. Hal ini terkesan dipaksakan dan rawan ditunggangi rente bisnis politik yang berujung korupsi. Menyikapi hal tersebut, Peneliti INDEF Nailul Huda berpendapat, kelangkaan garam industri ini sebuah pelajaran penting bagi pemerintah untuk selalu membuat kebijakan yang melihat kondisi yang akan datang dan tepat pada akar permasalahan. Kebijakan Impor jangan selalu dijadikan solusi instan dan satu satunya solusi kebijakan pangan. Kebijakan dengan melihat kondisi yang akan datang maksudnya adalah kejadian ini bisa diprediksi jauh-jauh hari karena garam untuk industri memang belum bisa dipenuhi oleh petani garam lokal. "Jadi pemerintah sudah bisa memprediksi adanya kelangkaan ini dan sudah menyiapkan stok garam industri. Dan juga pemerintah harus membangun infrastruktur produksi dan pemberdayaan petani," kata Huda dalam pernyataan yang diterima KONTAN, Senin (31/7).