JAKARTA. Free Trade Agreement (FTA) ASEAN-China belum resmi berlaku, namun pengurangan tarif secara bertahap menuju FTA tersebut sudah memunculkan dampak negatif. Data Departemen Perdagangan (Depdag) menunjukkan, impor jeruk mandarin dari China terus naik. Bahkan jeruk mandarin tercatat sebagai produk impor tertinggi ketiga dari China setelah laptop dan telepon seluler. Kepala Litbang Depdag Muchtar menyatakan, dari sisi kebijakan, Indonesia memang tidak memiliki alat untuk membatasi peredaran jeruk mandarin di pasar lokal. "Tidak ada aturan khusus yang mengatur kuota impor untuk jeruk mandarin tersebut," ujarnya, Minggu (2/8). Sejak kesepakatan penurunan tarif secara bertahap menuju FTA ASEAN-China diteken 2005, mulai 2007 tarif masuk jeruk mandarin China terus turun. Dari 20%, kini tarif bea masuk jeruk mandarin China sudah turun jadi 15%.
Impor Jeruk Mandarin Terus Meningkat
JAKARTA. Free Trade Agreement (FTA) ASEAN-China belum resmi berlaku, namun pengurangan tarif secara bertahap menuju FTA tersebut sudah memunculkan dampak negatif. Data Departemen Perdagangan (Depdag) menunjukkan, impor jeruk mandarin dari China terus naik. Bahkan jeruk mandarin tercatat sebagai produk impor tertinggi ketiga dari China setelah laptop dan telepon seluler. Kepala Litbang Depdag Muchtar menyatakan, dari sisi kebijakan, Indonesia memang tidak memiliki alat untuk membatasi peredaran jeruk mandarin di pasar lokal. "Tidak ada aturan khusus yang mengatur kuota impor untuk jeruk mandarin tersebut," ujarnya, Minggu (2/8). Sejak kesepakatan penurunan tarif secara bertahap menuju FTA ASEAN-China diteken 2005, mulai 2007 tarif masuk jeruk mandarin China terus turun. Dari 20%, kini tarif bea masuk jeruk mandarin China sudah turun jadi 15%.