Impor meningkat, surplus neraca dagang 2018 diperkirakan menyusut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perekonomian dalam negeri sepanjang tahun ini yang diyakini akan lebih baik bakal mendorong peningkatan impor. Di sisi lain, kinerja ekspor diperkirakan bakal tumbuh terbatas sejalan dengan terbatasnya pertumbuhan harga komoditas. Akibatnya, surplus neraca dagang sepanjang 2018 pun diperkirakan akan menyusut dari tahun 2017 yang tercatat sebesar US$ 11,84 miliar. Penyusutan surplus neraca perdagangan diperkirakan mulai terjadi pada Januari 2018. Ekonom Maybank Indonesia Juniman memperkirakan, surplus neraca perdagangan bulan lalu hanya akan mencapai US$ 61 juta, setelah mencatat defisit US$ 270 juta di Desember 2017. Ia mengatakan, rendahnya surplus neraca perdagangan tersebut memang disebabkan oleh kinerja ekspor dan impor yang melambat pada Januari 2017. Hal itu sejalan dengan pola historisnya. "Secara bulanan, ekspor dan impor Januari turun dibanding bulan sebelumnya," kata Juniman kepada Kontan.co.id, Selasa (13/2). Meski begitu, ekspor dan impor secara tahunan diperkirakan masing-masing tumbuh 7,29% year on year (YoY) dan 19,63% YoY, lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahunan di Desember 2017. Dengan catatan, tingginya pertumbuhan impor di awal tahun ini lantaran nilai impor di Januari 2017 yang sangat rendah sejalan dengan penurunan harga minyak pada saat itu. Juniman memperkirakan, kinerja impor tahun ini hanya akan tumbuh 7,34% YoY menjadi US$ 168,4 miliar, sejalan dengan peningkatan kinerja ekonomi domestik. "Impor barang modal dan bahan baku, itu yang jadi penopang impor tahun ini. Sementara impor barang konsumsi terbatas masih karena persoalan daya beli," tambah dia. Berbeda dengan kinerja ekspor yang diperkirakan akan tumbuh terbatas, hanya sebesar 4,45% YoY menjadi US$ 176,2 miliar. Menurut Juniman, harga sejumlah komoditas penopang ekspor Indonesia maksimal hanya akan tumbuh 10% YoY di tahun ini, setelah tumbuh 20%-30% YoY di 2017. Maka, surplus neraca perdagangan 2018 diperkirakan menyusut menjadi US$ 7,8 miliar. "Kalau mengandalkan commodity base maka ekspor Indonesia sulit tumbuh cepat. Harusnya pemerintah mulai fokus ke industrialisasi agar peranan manufaktur dalam ekspor makin besar," tandasnya. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga meramal, pertumbuhan impor tahun ini lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekspornya. Ia memperkirakan, impor 2018 akan tumbuh 14% YoY dan ekspor akan tumbuh 11% YoY. Dengan demikian, surplus neraca perdagangan tahun ini diperkirakan hanya akan mencapai sekitar US$ 10 miliar. Di Januari tahun ini, David memperkirakan surplus neraca dagang hanya akan mencapai US$ 434 miliar. David bilang, lebih tingginya impor sejalan dengan aktivitas ekonomi domestik yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Sementara kinerja ekspor, masih ditopang oleh komoditas yang harganya pada tahun ini diperkirakan masih akan mencatat pertumbuhan. Sementara itu, Ekonom Standard Chartered Bank Aldian Taloputra memperkirakan ekspor masih akan menjadi penyokong pertumbuhan ekonomi 2018, yang perbaikannya ditopang oleh peningkatan harga komoditas. Aldian bilang, meski ekonomi China tahun ini diperkirakan melambat ke 6,5% dari tahun lalu yang sebesar 6,9%, pihaknya melihat konsumsi dari Negeri Tirai Bambu tersebut cukup baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Sofyan Hidayat