Impor pangan semester II 2016 diramal naik 10%



JAKARTA. Pemerintah belum memiliki program menyeluruh tentang persediaan pangan dalam negeri. Kenaikan harga pangan justru direspon dengan membuka keran impor seluas-luasnya. Akibatnya, volume impor pangan Indonesia meningkat.

Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan (Kemdag) impor pangan pada semester pertama 2016 tercatat naik 12,2% dibandingkan periode sama tahun 2015. Kenaikan impor pangan itu tak terlepas dari dampak El Nino dan La Nina tahun lalu dan tahun ini.

Bahkan impor pangan diprediksi masih tinggi pada semester dua tahun ini. Meskipun tidak setinggi pada semester pertama, tapi untuk semester kedua tahun ini, impor masih naik 10% dari periode sama tahun sebelumnya. Hal itu terjadi karena permintaan pangan yang terus meningkat sementara produksi komoditas pangan dalam negeri belum mampu mencukupi permintaan pasar domestik.


Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa mengatakan tren impor pangan masih tetap tinggi sampai akhir tahun karena dampak El Nino 2015 dan La Nina 2016. Selain itu, data pangan yang tidak akurat dari tahun ke tahun juga menyebabkan pemerintah tidak siap mengantisipasi kekurangan pangan sejak tahun lalu.

"Impor masih tinggi karena perencanaan stok pangan tidak bagus, jadi impor pangan di semester kedua tahun ini masih tinggi dan bisa naik 10% dari tahun lalu," ujar Andreas kepada KONTAN, Minggu (2/10).

Dwi menjelaskan, impor komoditas pangan yang masih tinggi pada semester dua ini adalah gula, daging sapi dan gandum pakan ternak. Sementara untuk beras, ia memprediksi, tidak terjadi mengingat stok beras Perum Bulog masih banyak yakni 2 juta ton lebih.

"Impor gula memang tidak bisa dihindari karena produksi dalam negeri masih rendah, apalagi di semester dua ini curah hujan tinggi sehingga rendemennya turun," imbuhnya.

Sementara itu, akibat pembatasan impor jaung, impor gandum untuk pakan ternak melonjak hingga 1,5 juta ton. Melonjaknya impor gandum pakan ternak ini didasarkan pada kekhawatiran pengusaha atas ketidakpastian kebijakan urusan pangan.

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengakui, angka impor pangan memang masih tinggi. Peningkatan impor itu terjadi untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dengan harga yang wajar seperti yang diinginkan pemerintah. Namun ia memastikan impor ini hanya untuk sementara saja sambil membenahi pasokan pangan dalam negeri.

Salah satu kebijakan Kemdag yang tengah jadi polemik adalah kewajiban mengimpor sapi indukan sebanyak 20% dari total volume impor sapi bakalan oleh feedloter. Ia optimistis bila kebijakan ini dapat dijalankan maka Indonesia dapat swasembada daging sapi.

"Memang dalam menjalankan kebijakan ini, feedloter harus menambah modal untuk membangun infrastruktur, tapi saya optimis mereka masih untung, cuma keuntungan yang diperoleh selama ini akan berkurang dengan adanya program ini," ujar Mendag.

Nilai impor pangan pada semester pertama 2016 sebesar US$ 5,4 miliar atau setara Rp 70,1 triliun dengan volume 14,6 juta ton. Beberapa komoditas pangan yang meningkat yakni beras volumenya meningkat 391,7%, daging sapi meningkat 86,6%, dan gula naik 37,3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie