Impor premium Januari turun menjadi 5 juta barel



JAKARTA. Tidak seperti akhir tahun lalu di mana kebutuhan premium meningkat untuk keperluan libur Natal dan Tahun Baru, awal tahun ini kebutuhan premium mulai berkurang. Itu terlihat dari menyusutnya jumlah impor premium bulan ini.Di Januari 2011 ini, PT Pertamina (Persero) akan mengimpor Premium sebanyak 5 juta barel.

Jumlah ini turun dibandingkan impor bulan Desember 2010 yang mencapai 7 juta barel. "Impor bulan ini turun daripada kondisi biasanya yang sebenarnya lebih tinggi," kata Direktur Pemasaran dan Niaga Djaelani Sutomo, Jumat (21/1).

Untuk memenuhi kebutuhan premium di bulan ini, kata Djaelani, Pertamina akan mengoptimalkan pasokan dari dalam negeri.


Ia memprediksi, impor premium di bulan Februari juga akan sama dengan impor bulan ini. Soalnya, walaupun jumlah harinya lebih pendek dibandingkan bulan lain, kemacetan di kota besar, khususnya Jakarta yang makin parah, menjadi penyebab Pertamina tidak menurunkan impor Premium. "Harusnya Februari turun karena harinya pendek. Tapi melihat parahnya kemacetan, mungkin sama dengan Januari sekitar 5 jutaan," ujarnya.

Berbeda dengan premium, bulan ini Pertamina mengimpor lebih banyak bahan bakar minyak (BBM) jenis high speed diesel (HSD) sebagai bahan baku solar. Jika Desember lalu, Pertamina hanya mengimpor HSD sebanyak 2,5 juta kiloliter (kl), maka bulan ini impornya naik menjadi 4 juta kl. Menurut Djaelani, impor HSD di Desember lalu rendah karena industri banyak tutup. Sementara bulan ini aktivitas industri sudah normal kembali. Untuk memenuhi kebutuhan premium dan solar di dalam negeri, selama ini Pertamina selalu mengimpor sekitar 30% dari total kebutuhan. Pertamina masih mendatangkan premium dan solar dari negara lain karena kapasitas kilang yang ada belum memadai.

Saat ini, Pertamina baru memiliki 7 unit kilang dengan total kapasitas 1034 juta barrel per stream day. Kilang Cilacap merupakan kilang penghasil BBM terbesar di Indonesia dengan kapasitas pengolahan minyak 248.000 barel per hari. Jika kilang tersebut mengalami turn around (pemeliharaan), maka tak bisa dihindari jumlah impor akan melonjak.

"Aktivitas TA akan kami lakukan bukan pada peak season sehingga stok masih tercukupi," kata Bisnis Development Pertamina, Eko Martopo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: