KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) memperkirakan impor sapi bakalan tahun ini akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Gapuspindo memperkirakan, impor sapi bakalan tahun ini akan berkurang 30% - 40% dibandingkan tahun lalu. Tahun lalu, realisasi impor sapi bakalan sebanyak 480.000 ekor. Bila dilihat dari realisasi impor per 1 Juni 2018, impor sapi bakalan sebanyak 164.042 ekor dimana persetujuan impor sebanyak 235.000 ekor.
Stok sapi bakalan Gapuspindo hingga Juni pun berkisar 161.784 ekor. Sementara, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya stok sapi Gapuspindo sebanyak 209.503. "Artinya kemampuan Feedloter menyiapkan sapi hingga tiga bulan ke depan sekitar 50.000 - 60.000 per bulan. Karena kan sapi harus dipelihara dulu hingga 3 - 4 bulan. Jadi yang diimpor sejak Mei akan dijual Agustus. Kalau dilihat dari stok tahun lalu, jumlah ini pun mengalami penurunan sekitar 40.000 ekor," ujar Wakil Ketua Dewan Gapuspindo Didiek Purwanto, Jumat (29/6). Menurut Didiek, beberapa kendala yang mengakibatkan penurunan impor ini adalah kekhawatiran feedloter atas kebijakan impor sapi indukan 1:5. Menurutnya, dengan melakukan impor sapi indukan betina akan mengurangi space di kandang dan akan membebani feedloter dari sisi epndanaan. "Pembiakan sapi betina juga saat ini sedang tidak ekonomis, sementara pihak perbankan pun belum tentu mau membiayai karena itu," ujar Didiek. Menurut Didiek, karena kekhawatiran atas kebijakan impor 1:5 ini, sudah ada beberapa feedloter yang menghentikan kegiatan usahanya. Dari 39 anggota Gapuspindo, tercatat 5 pengusaha yang menghentikan kegiatan usahanya dan feedloter lainnya turut mengurangi jumlah impor sapi bakalannya.
Adanya keberadaan daging beku pun mempengaruhi harga daging sapi di dalam negeri, sehingga dari segi profit, kegiatan ini sudah tidak menguntungkan pengusaha. Sementara itu, Guru Besar Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) Muladno berpendapat, kebijakan impor sapi bakalan dengan skema 1:5 ini memang akan memunculkan modal yang besar kepada feedloter. Akan tetapi, kebijakan ini pun memiliki sisi positif. "Memang kalau impor 1:5 memang berat. Kalau impor sapi indukannya 10% dari kapasitas mungkin bisnis masih bisa menerima, jadi jangan setiap impor kebijakan ini dilakukan. Namun, kebijakan ini juga mendidik peternak supaya jangan orientasi profit saja tetapi juga berpikir kemandirian, jadi ada sisi baiknya. Feedloter juga bisa bermitra dengan peternak," ujar Muladno. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto