Impor sapi siap potong terus bertambah



JAKARTA. Harga daging sapi yang tak kunjung turun mendorong pemerintah untuk terus menambah impor sapi siap potong. Alalsannya, bila pasokan cukup, tentunya harga otomatis turun.

Sampai Jumat (26/7), Kementrian Perdagangan (Kemdag) telah menerbitkan izin impor sapi siap potong untuk 15 perusahaan dengan jumlah sapi siap potong 13.000 ekor.

Sebelumnya,Kemdag telah mengeluarkan Surat Persetujuan Impor (SPI) ke 7 perusahaan untuk 12.500 ekor. Ini berarti, sampai akhir pekan lalu, jumlah sapi siap potong yang akan diimpor mencapai 25.500 ekor. Sayang, Kemdag tidak melansir nama perusahaan yang sudah mengantongi SPI dan masing-masing volume impornya.


"Jumlah perusahaan yang akan mendapat izin impor akan terus bertambah dalam beberapa hari kedepan," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Bachrul Chairi. Bahkan hingga akhir Agustus nanti, diperkirakan izin impor sapi siap potong akan mencapai 40.000 ekor.

Sementara itu, Joel Fitzgibbon, Menteri Pertanian Negara Bagian Australia mengatakan pemerintah Indonesia akan menambah impor sapi dari Australia sebanyak 25.000 ekor dalam waktu tiga bulan. Tambahan impor sapi tersebut akan dipergunakan untuk menstabilkan harga daging sapi di Indonesia. "Tidak ada batasan bobot sapi yang akan diekspor, sapi yang diekspor harus siap potong," kata Joel seperti dikutip The Guardian, Jumat (19/7).

The Guardian menyatakan, pengumuman penambahan ekspor sapi tersebut setelah Kevin Rudd, Perdana Menteri Australia sepakat untuk memberikan paket pembiayaan sebesar US$ 60 juta untuk investasi pertanian di Indonesia selama 10 tahun. Sekedar catatan, pemerintah membuka kran impor sapi siap potong pada tanggal 17 Juli 2013 karena harga daging sapi tak kunjung turun.

Daging Bulog

Berbeda dengan permintaan impor sapi siap potong yang terus meningkat, kabarnya daging sapi impor Bulog tidak terserap pasar. Alasannya, banyak pedagang menolak daging tersebut karena mereka meragukan kehalalan daging beku impor tersebut.

Selain persoalan kehalalan, Ngadiran, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) mengatakan penolakan daging beku milik Bulog tersebut karena pedagang tidak memiliki alat pendingin. "Kalau tidak laku hari itu kemudian mencair kan rusak kualitasnya," kata Ngadiran.

Salah satu pedagang yang tak mau disebutkan namanya mengaku khawatir jika menjual daging Bulog akan bangkrut. Pasalnya pedagang sudah membeli harga tinggi untuk daging non Bulog. Jika mereka menjual daging Bulog, daging segar yang mereka beli tersebut sulit untuk laku. "Sementara, margin keuntungan daging Bulog hanya Rp 3.000 sampai Rp 5.000 per kilogram (kg)," kata pedagang di Pasar Senen, Jakarta.

Namun hal ini dibantah oleh Sutarto Alimoeso, Direktur Utama Perum Bulog. Menurut Sutarto, distribusi daging beku milik Bulog tidak ada masalah. Sampai Kamis (24/7), jumlah daging sapi impor Bulog sebesar 54 ton. Sementara yang sudah didistribusikan ke pasar mencapai 46 ton. Sampai Minggu (28/7), diperkirakan jumlah daging Bulog mencapai 245 ton. "Mereka (pemerintah Australia) ketat kehalalan dan kesehatannya," kata Sutarto.

Suharjito, Asosiasi Industri Distributor Daging Indonesia (AIDDI) mengatakan siap mendistribusikan daging sapi milik Bulog. "Kemarin kami baru sempat mendistribusikan 2 ton daging Bulog. Jika jumlahnya sedikit, tentu berat di biaya transportasi dan sebagainya, maka kami menunggu pasokan yang dibawa kapal laut," ujar Suharjito

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Fitri Arifenie