Impor tumbuh lebih tinggi dari ekspor, pertumbuhan ekonomi tertekan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan impor lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekspor di sepanjang tahun ini. Itu pula sebabnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2018 lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Di sisi lain, kenaikan bunga acuan juga mulai terasa dampaknya terhadap ekonomi akhir tahun.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara belum lama ini menyebut, bank sentral memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya akan ada di kisaran 5,1%-5,2%. Angka ini lebih rendah dari kisaran pertumbuhan yang diproyeksikan sebelumnya sebesar 5,1%-5,5%.

Menurut Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo, koreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke kisaran batas bawah tersebut, disebabkan oleh pertumbuhan impor riil yang diperkirakan lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekspor riilnya.


Menurut Dody, impor riil tahun 2018 diperkirakan tumbuh 10%-12% sejalan dengan meningkatnya impor barang modal untuk investasi infrastruktur pemerintah yang harus diselesaikan di tahun ini hingga tahun depan,. Namun, kenaikan itu tidak diimbangi dengan ekspor riil yang diperkirakan hanya tumbuh 6%-7% lantaran pengaruh harga komoditas yang mulai tumbuh melambat dan manufaktur yang tumbuh moderat.

Selain itu, koreksi pertumbuhan ekonomi tersebut karena mulai berpengaruhnya kenaikan suku bunga BI (BI 7-Day Reverse Repo Rate) sebesar 100 basis points (bps) hingga saat ini. Kenaikan bunga diperkirakan BI mulai mempengaruhi ekonomi pada kuartal keempat nanti.

Meski demikian, "(Kenaikan suku bunga acuan BI) dampaknya kecil terhadap total pertumbuhan 2018," tambah Dody.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat