KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus berusaha menarik investasi sebanyak-banyaknya demi mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi pandemi Covid 19. Salah satu fokus pemerintah adalah investasi di tiga sektor infrastruktur; jalan tol, pelabuhan, dan bandara. Untuk menarik investasi masuk ke Indonesia, pemerintah membentuk Indonesia Investment Authority (INA). INA sebagai lembaga sui generis, yang sifatnya komersial, bertugas mengumpulkan investor, baik global maupun domestik. INA kemudian membantu mengalirkan dananya kepada proyek-proyek strategis di Indonesia. “Dalam pipeline INA yang pertama, kita melihat infrastruktur, jalan tol, pelabuhan, dan bandara. Mengapa ini dipilih duluan? Karena memang biaya logistik Indonesia itu masih cukup tinggi. Meskipun kalau kita lihat di 5 tahun terakhir, logistic cost Indonesia menurut Logistic Performance Index sudah turun. Jadi kita improving ini. Akan tetapi, kita masih 23% dari PDB,” ujar Stafsus Menkeu Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi Masyita Crystallin dalam acara Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Kamis (6/5).
INA akan bantu promosi dan tarik investor global ke Indonesia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus berusaha menarik investasi sebanyak-banyaknya demi mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi pandemi Covid 19. Salah satu fokus pemerintah adalah investasi di tiga sektor infrastruktur; jalan tol, pelabuhan, dan bandara. Untuk menarik investasi masuk ke Indonesia, pemerintah membentuk Indonesia Investment Authority (INA). INA sebagai lembaga sui generis, yang sifatnya komersial, bertugas mengumpulkan investor, baik global maupun domestik. INA kemudian membantu mengalirkan dananya kepada proyek-proyek strategis di Indonesia. “Dalam pipeline INA yang pertama, kita melihat infrastruktur, jalan tol, pelabuhan, dan bandara. Mengapa ini dipilih duluan? Karena memang biaya logistik Indonesia itu masih cukup tinggi. Meskipun kalau kita lihat di 5 tahun terakhir, logistic cost Indonesia menurut Logistic Performance Index sudah turun. Jadi kita improving ini. Akan tetapi, kita masih 23% dari PDB,” ujar Stafsus Menkeu Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi Masyita Crystallin dalam acara Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Kamis (6/5).