INA Buka Suara Soal Proyek Pengembangan Blok Masela



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia Investment Authority (INA) buka suara soal pertimbangan pemerintah untuk mendorong masuk ke proyek pengembangan Blok Masela.

Juru Bicara INA, Masyita Crystallin memastikan bahwa INA selalu berhati-hati memilih proyek dalam berinvestasi, melakukan uji tuntas alias due diligence yang ketat untuk memastikan kelayakan bisnis secara komersial dan berupaya memberikan return yang optimal bagi seluruh pemangku kepentingan atau stakeholders.

Hal tersebut, kata Masyita, INA lakukan dengan tetap mematuhi prinsip-prinsip GCG dan ESG. “INA didirikan, pertama dan terutama, sebagai entitas komersial yang ditugaskan untuk menciptakan kekayaan melalui disiplin investasi yang ketat sehingga INA dapat tumbuh dengan tugas membangun kekayaan untuk generasi masa depan Indonesia,” ujarnya kepada Kontan.co.id (19/9).


Baca Juga: Pertamina Diingatkan Hati-hati Sebelum Masuk Blok Masela, Ini Sebabnya

Blok Masela terletak di  Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku. Laporan Tahunan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Tahun 2020 menyebutkan,  proyek pengembangan Lapangan Gas - Abadi itu memiliki cadangan terbukti mencapai 18,5 triliun kaki kubik (Tcf) dan 225 juta barel kondensat.

Dengan proyeksi produksi gas alam cairnya alias  liquefied natural gas (LNG) yang sebesar  9,5 juta  ton per tahun (mtpa),  gas pipa 150 juta kaki kubik per hari (mmscfd),dan kondensat 35.000 barel per hari (bcpd), proyek lapangan gas abadi Masela masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional dan ditargetkan mulai berproduksi di tahun 2027.

Blok Masela dioperatori oleh Inpex Masela Ltd dengan porsi hak partisipasi atau participating interest (PI) sebesar 65%. Sebanyak 35% hak partisipasi sisanya masih dipegang oleh Shell Upstream Overseas Services Limited (Shell) selaku partner Inpex saat tulisan ini dibuat.

Pada akhir tahun 2021, progres penyusunan Front End Engineering Design (FEED) Blok Masela baru mencapai 6,04% dari target 99,65%.

Perlambatan kegiatan dan realisasi yang rendah, berdasarkan Laporan Tahunan SKK Migas Tahun 2021, disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya yakni persiapan penyusunan dokumen AMDAL dan survei Metocean serta beberapa survei lainnya yang tertunda oleh Pandemi Covid-19, juga rencana keluarnya Shell sebagai partner di Wilayah Kerja (WK) Masela.

Catatan saja, Shell memang memutuskan untuk mundur dari Blok Masela pada pertengahan 2020 lalu.

Baca Juga: Bukan Barang Mudah, Pertamina Diingatkan Hati-hati Sebelum Masuk Blok Masela

Dalam keterangannya di Pasar Olilit, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, Jumat (2/9) lalu, Presiden Joko Widodo memastikan bahwa pemerintah akan terus mendorong akan pengembangan Blok Masela bisa terus berjalan andaipun Shell mundur dari proyek tersebut nanti.

“Partner yang baru terus kita dorong agar segera terbentuk lagi, sehingga segera dimulai Blok Masela,” ujar Joko Widodo (2/9).

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Ekon) Airlangga Hartarto dalam keterangannya pada Agustus 2022 lalu menyampaikan bahwa pemerintah mempertimbangkan Indonesia Investment Authority (INA) untuk turut masuk dalam proyek pengembangan Blok Masela.

“Arahan Bapak Presiden ini untuk segera dinegosiasikan dan dicarikan investor baru termasuk mempertimbangkan INA untuk masuk di dalam proyek tersebut,” kata Airlangga.

Baca Juga: Kapan Kepastian Pertamina Masuk Masela Diumumkan? Ini Kata Kementerian ESDM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto