KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) bersiap membayar cicilan kupon obligasi dari surat utang global (
global bond). Pada tahun ini, Inalum akan membayar sebanyak dua kali, yakni pada bulan Mei dan November. Sekretaris Perusahaan Inalum Rendi A. Witular menyampaikan, cicilan yang akan dibayarkan pada tahun ini berjumlah US$ 300 juta. Hanya saja, Rendi masih belum mau mengungkapkan besaran pembagian dana yang akan dibayarkan pada bulan Mei dan November, juga pada pekan ke berapa cicilan tersebut akan dibayarkan. "Yang jelas pada bulan itu (Mei dan November), dalam setahun intinya US$ 300 juta," kata Rendi saat dihubungi Kontan.co.id, Jum'at (10/5).
Adapun, nilai tukar yang dipakai dalam pembayaran tersebut menggunakan kurs yang paling kompetitif dari perbandingan nilai kurs saat penerbitan global bond dan nilai kurs saat ini. "Kita pakai kurs rupiah yang paling kompetitif," imbuhnya. Menurut Rendi, saat ini keuangan Inalum ada dalam kondisi yang sehat. Alhasil, holding industri pertambangan BUMN ini tak khawatir untuk membiayai cicilan global bond tersebut menggunakan kas internal perusahaan. "Untuk pembayaran ini dari kas internal cukup, tak ada masalah," imbuhnya. Rendi menuturkan, sekalipun pihaknya belum mendapatkan tambahan dana dari pembagian dividen tiga anggota holding pertambangan BUMN, namun kas internal Inalum masih aman untuk membayar cicilan tersebut. Ia mengatakan, posisi kas internal Inalum hingga kuartal I 2019 ada di angka Rp 21,4 triliun. "Itu belum termasuk tambahan dari dividen (tiga emiten anggota holding)," ungkapnya. Seperti yang diberitakan Kontan.co.id sebelumnya, pada tahun buku 2018, Inalum mendapatkan setoran dividen sebesar Rp 2,76 triliun dari tiga anggota holding, yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Aneka Tambang Tbk (Antam), dan PT Timah Tbk (TINS). Angka itu didapatkan dengan asumsi setoran dividen dari PTBA senilai Rp 2,44 triliun, Antam yang menyetor Rp 198,93 miliar, dan TINS dengan Rp 120,88 miliar. Setelah dana dari setoran dividen itu masuk ke kas Inalum, Rendi mengatakan bahwa dana itu akan digunakan untuk tiga keperluan. Yakni untuk setoran dividen ke pemerintah, sebagai pendanaan untuk proyek-proyek hilirisasi, serta untuk membayar cicilan kupon obligasi.
Seperti diketahui, untuk mendivestasi saham PTFI menjadi 51,23%, Inalum harus membayar sebesar US$ 3,85 miliar. Dana itu diperoleh melalui penerbitan surat utang global atau global bond sebesar US$ 4 miliar pada November 2018. Adapun, global bond yang diterbitkan di Singapura ini meliputi empat tenor. Pertama, nilai emisi US$ 1 miliar dengan obligasi tenor tiga tahun atau jatuh tempo pada 2021. Kupon untuk obligasi ini senilai 5,5% per tahun setara dengan US$ 55 juta per tahun. Kedua, nilai emisi US$ 1,25 miliar dengan obligasi tenor lima tahun atau hingga 2023. Kupon obligasi ini senilai 6% per tahun atau setara US$ 75 juta per tahun. Ketiga, nilai emisi US$ 1 miliar dengan kupon 6,875% atau US$ 68,75 juta per tahun. Obligasi tenor ini berlaku 10 tahun atau hingga 2028. Terakhir, nilai emisi US% 750 juta dengan kupon 7,375% atau US$ US$ 55,31 juta per tahun, yang memiliki tenor obligasi selama 30 tahun atau hingga 2048. Jika dirata-ratakan, total pembayaran kupon sebesar US$ 254,06 jut per tahun atau setara dengan Rp 3,58 triliun dengan kurs Rp 14.100. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini