Inalum tuai berkah dari kebijakan China



KONTAN.CO.ID - Pemerintah China telah memutuskan untuk membatasi suplai alumunium. Sontak, harga alumunium merangkak naik.

Harga aluminium menembus level tertinggi enam tahun terakhir pada Rabu (23/8). Mengutip Bloomberg, harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) naik 1,06% ke level US$ 2,097 per metrik ton pada Rabu (23/8)

Kenaikan harga alumunium ini membawa keuntungan bagi PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum. Sekretaris Perusahaan Inalum Ricky Gunawan mengatakan, dengan pembatasan pasokan oleh China, Inalum tentunya mendapatkan keuntungan karena harga alumunium yang meningkat.


"Otomatis berpengaruh pada harga yang naik, pasti menguntungkan kami. Kami sangat terpengaruh pada harga dunia, harga acuan kami LME, jadi sangat berpengaruh," kata Ricky, Jumat (27/8).

Maka pendapatan Inalum bisa naik signifikan. Ricky bahkan menyebut pendapatan Inalum saat ini bisa mencapai lebih 124,9% dari RKAP.

"Sekarang kan curva-nya cenderung membaik, sehingga dengan harga meningkat, pendapatan sekitar 124,9% di atas RKAP (unaudited). Salah satunya disebabkan oleh harga membaik, di samping penghematan juga," imbuhnya.

Harga alumunium saat ini memang lebih tinggi dari harga yang dipatok Inalum dalam RKAP. Inalum mematok harga alumunium dalam RKAP sebesar US$ 1.800 per meterik ton. "Pasti menguntungkan, enggak cuma hanya Inalum, perusahaan lain juga," kata Ricky.

Meskipun harga naik, Ricky menyebut produksi Inalum justru menurun. Ini lantaran tinggi muka air Danau Toba yang menyusut.

"Pabrik kami kan menggunakan listrik dari tenaga air, tenaga air tergantung tinggi muka air Danau Toba. Sekarang beberapa bulan terakhir, tinggi muka air menyusut jad produksi disesuaikan dengan tinggi muka air. Ini karena kami punya kewajiban moral menjaga tinggi muka air Danau Toba," jelas Ricky.

Maka, hingga saat ini produksi Inalum lebih rendah sekitar 7%-8% dari RKAP. "Volume produksi Alumunium ingot dan diversifikasi sebesar 18282 ton," kata Ricky.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini