KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beban PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), holding BUMN Pertambangan bertambah berat. Belum usai negosiasi dengan Rio Tinto dan Freeport Indonesia soal divestasi 51% saham, kini Inalum mendapat mandat lagi agar segera membangun proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) aluminium di Kalimantan Utara. Smelter itu berkapasitas 1 juta ton aluminium. Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, ia telah mengadakan pertemuan dengan Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan pada pekan lalu dengan agenda pembicaraan tentang rencana pembangunan smelter dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sungai Kayan, Kalimantan Utara. "Saya diminta mempercepat pembangunan PLTA di Kalimantan Utara. Pak Luhut ingin secepat mungkin. Kalau membangun perlu lima tahun. Semoga bisa mulai tahun depan," tandasnya, akhir pekan lalu.
Inalum wajib membangun smelter di Kalimantan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beban PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), holding BUMN Pertambangan bertambah berat. Belum usai negosiasi dengan Rio Tinto dan Freeport Indonesia soal divestasi 51% saham, kini Inalum mendapat mandat lagi agar segera membangun proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) aluminium di Kalimantan Utara. Smelter itu berkapasitas 1 juta ton aluminium. Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, ia telah mengadakan pertemuan dengan Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan pada pekan lalu dengan agenda pembicaraan tentang rencana pembangunan smelter dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sungai Kayan, Kalimantan Utara. "Saya diminta mempercepat pembangunan PLTA di Kalimantan Utara. Pak Luhut ingin secepat mungkin. Kalau membangun perlu lima tahun. Semoga bisa mulai tahun depan," tandasnya, akhir pekan lalu.