Inaplas minta industri otomotif gunakan bahan baku plastik dalam negeri



JAKARTA. Asosiasi Industri Aromatik, Olefin dan Plastik Indonesia (Inaplas) meminta industri otomotif mau menggunakan bahan baku plastik compound dari dalam negeri. Selama ini hampir seluruh kebutuhan plastik compound untuk pembuatan mobil dan sepeda motor di Indonesia masih diimpor.Sekjen Inaplas, Fajar A D Budiyono menuding, selama ini agen tunggal pemegang merek (ATPM) di Indonesia menolak menggunakan plastik compound dalam negeri karena tidak mau berbagi keuntungan dengan produsen plastik lokal. Sebaliknya, mereka justru memilih impor dari perusahaan luar negeri yang terafiliasi dengan prinsipalnya. "Mereka lebih suka impor dari Singapura atau Jepang," kata Fajar, Senin (12/9).Menurutnya, tidak adanya jaminan pasar di dalam negeri membuat industri plastik compound lokal tidak berkembang. Buktinya, selama 10 tahun terakhir, produsen compound tidak lebih dari 15 perusahaan. Kapasitas produksinya juga tidak bisa berkembang dari 2.000 ton per tahun.Padahal, menurut Fajar, kebutuhan plastik compound untuk industri otomotif baik untuk pembuatan mobil atau sepeda motor di dalam negeri mencapai sekitar 75.000 ton per tahun. Dengan kebutuhan tersebut, nilai tambah industri compound bisa mencapai US$ 500-US$ 750 per ton. Artinya, ada potensi nilai tambah yang tidak bisa dinikmati industri dalam negeri sebesar US$ 56,25 juta per tahun.Peningkatan penjualan otomotif pun turut mendongkrak kebutuhan plastik compound saban tahunnya. Catatan saja, industri compound mengolah bahan baku plastik berbasis polipropilena jenis granule virgin dan impact capolimer menjadi komponen otomotif seperti battery casing, interior, dashboard, bumper, hingga door trim.Menurut Fajar, jika industri otomotif serius ingin meningkatkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), maka seharusnya mereka bisa mewajibkan penggunaan plastik compound dalam negeri. Imbasnya, industri compound material dalam negeri bisa berkembang dan penyerapan tenaga kerja juga meningkat.Teddy Irawan, Direktur Pemasaran PT Nissan Motor Indonesia (NMI) mengatakan, selama ini pemilihan bahan baku dari Nissan mengacu pada prinsip kualitas, biaya, pengiriman, dan layanan. Jadi, jika bahan baku yang sesuai spesifikasi dapat diperoleh di dalam negeri dengan harga dan pasokan yang lancar, maka tidak menutup kemungkinan NMI akan menggunakan produk dalam negeri. "Kami juga terus berupaya meningkatkan TKDN," kata Teddy. Menurutnya, saat ini Livina menjadi produk NMI yang memiliki TKDN tertinggi lebih dari 40%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Test Test