Inaplas Ungkap Kendala Kebijakan Harga Gas Industri Tertentu Tidak Berjalan Baik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) mengungkapkan penyebab kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) yang tidak berjalan dengan baik.

Sekjen Inaplas Fajar Budiono mengatakan, penerapan kebijakan ini terkendala pada supply yang dilakukan oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) bukan pada industri selaku yang menyerap kebijakan ini.

Ia menjelaskan, kebijakan HGBT tidak tercapai karena di Jawa Timur kemarin ada masalah supply yang terganggu sehingga PGN tidak bisa memenuhi kewajibannya sebagaimana kontrak yang ada.


Baca Juga: Jubir Kemenperin: HGBT Tidak Berjalan Baik, Industri Kena Hantam Lagi

Kemudian untuk di Jawa Barat, PGN mengenakan batas minimum sehingga volume yang dipasok ada beberapa yang menggunakan harga non-HGBT.

"Itu yang menjadi pertimbangan berulang kali kami mengajukan keberatan dan minta bantuan kepada pemerintah untuk realisasi HGBT sesuai dengan kontrak yang ada," kata Fajar kepada Kontan.co.id, Jumat (3/11).

"Tidak terserap dengan baik bukan karena industri yang belum siap, tapi karena supply-nya yang belum siap. Masalahnya adalah supply bukan penyerapannya," tambahnya.

Fajar menuturkan, efeknya pada daya saing, demand-nya tidak bagus bahkan cenderung turun. Selain itu, barang impor juga banjir masuk ke Indonesia dengan harga yang lebih murah sehingga jika dikenakan harga gas di atas US$6, industri di dalam negeri tidak bisa bersaing dengan barang impor.

Lebih lanjut, fenomena harga bahan baku yang terpengaruh kondisi global seperti perang sehingga harga bahan baku pun naik. 

Baca Juga: Kemenperin: Industri Manufaktur Tanah Air Mengalami Tekanan Cukup Berat

"Kami berharap agar pemerintah konsisten mempertahankan HGBT ini untuk daya saing industri di dalam negeri. Di mana demand juga sedang tidak baik-baik saja," ujarnya.

"Jika tidak dapat harga HGBT maka barang impor akan makin membanjir, apalagi Permendag yang mengatur tentang impor juga belum beres," pungkasnya.

Seperti diketahui, industri manufaktur di Tanah Air sedang mengalami tekanan cukup berat yang berasal dari faktor global maupun domestik. Saat ini, perekonomian dunia masih belum menentu dan tetap mengalami perlambatan karena adanya dampak perang Rusia-Ukraina dan Palestina-Israel.

Kementerian Perindustrian menyatakan kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) yang tidak berjalan dengan baik. Beberapa industri justru membeli harga di atas US$ 6 per MMBTU, sehingga menurunkan daya saing produk mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi