Inbound versus outbound



Bermewah-mewah! Begitulah kritikan sebagian orang atas pertemuan IMF-Bank Dunia yang digelar di Bali 8 Oktober-14 Oktober 2018. Di balik kritik atas perhelatan yang menghabiskan biaya sekitar Rp 855 miliar itu, ada pula faktor positif yang bisa kita dapat.

Pariwisata, menjadi salah satu sektor yang memetik manfaat dari pertemuan tersebut. Dihadiri sekitar 32.000 orang, bisa dibayangkan betapa besar dampak ekonomi acara ini. Hotel-hotel, restoran, warung makan, objek wisata, hingga toko oleh-oleh bakal dipenuhi tamu.

Kehadiran puluhan ribu tamu itu juga diharap membawa faedah jangka panjang. Tak hanya diharap datang lagi di lain waktu, mereka juga diharap mempromosikan keelokan alam Indonesia, keunikan budaya nusantara, kelezatan kuliner kita, dan keramahan bangsa Indonesia. Apa lagi, di era digital ini, hampir semua orang, tak peduli pimpinan negara atau CEO perusahaan multinasional, senang berbagi informasi, foto, bahkan video aktivitas mereka- ternasuk saat mereka berada di Bali- di jejaring sosial.


Maka, upaya mempromosikan pariwisata seharusnya lebih masif lagi. Sebab, pariwisata merupakan salah satu sektor paling potensial menjadi mesin ekonomi baru bagi Indonesia.

Di tengah lesunya ekspor dan lemahnya pertumbuhan sektor manufaktur, pariwisata relatif bisa lebih cepat mendatangkan devisa yang sangat dibutuhkan negara yang sudah sekian lama mengalami defsiit kembar. Apa lagi, kita punya modal untuk menggenjot pariwisata itu. Alam kita kaya, budaya dan seni kita beragam, kuliner kita enak-enak. Semuanya bisa dijual ke warga dunia yang tengah gandrung travelling.

Berdasar data terbaru Hotel Investment Strategies LLC, jumlah wisatawan asing (inbound) kita tumbuh 9,6% per tahun. Jumlahnya tahun ini ditaksir 15,7 juta orang dan naik menjadi 18,5 juta orang di 2020.

Berdasar data Hotel Investment Strategies LLC yang dipublikasikan awal Oktober  ini,  jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia (inbound) yang di 2007  sebanyak 5,5 juta orang telah meningkat menjadi 14 juta wisatawan di 2017 atau tumbuh rata-rata  9,8% per tahun.  Tahun ini jumlahnya diperkirakan naik menjadi 15,7 juta wisatawan dan diperkirakan terus naik menjadi 18,5 juta di tahun 2020.

Kontribusinya terhadap perekonomian juga terus tumbuh. Menurut World Travel & Tourism Council, sektor perjalanan dan pariwisata menyumbang  US$ 58,9 milar atau 5,8% dari PDB di 2017, dan diperkirakan akan naik 6,4% per tahun hingga menjadi US$ 115,8 miliar atau 6,6% dari PDB di tahun 2028.

Namun, perebutan kue di pasar wisata dunia sangat sengit. Dalam Travel& Competitiveness Index oleh World Economic Forum, tahun lalu Indonesia berada di posisi 42 dari 136 negara. Kita masih tertinggal di belakang Singapura (13), Malaysia (26) dan Thailand (34).

Namun, perebutan kue di sektor pariwisata dunia sangat sengit.   Berdasar Travel & Competitiveness Index  (TCCI) yang disusun World Economic Forum, pada tahun lalu Indonesia berada di posisi 42 dari 136 negara. 

Kita masih tertinggal di belakang Singapura (13), Malaysia (26) dan Tahiland (34).  Artinya, Indonesia masih harus bekerja keras untuk menarik minat lebih banyak pelancong dunia.

Di sisi lain, tren warga Indonesia berwisata ke luar negeri (outbound) terus tumbuh. Menurut Mastercard Future of Outbound Travel in Asia Pacific (2016–2021), outbound Indonesia tumbuh 8,6% per tahun dan menjadi ketiga yang tertinggi di Asia Pasifik.

Dus, jumlah warga Indonesia yang melancong ke luar negeri (di luar perjalanan  via laut ke Singapura dan perjalanan di hari yang sama ke Malaysia)  yang di 2016  sebanyak 7 juta orang  diperkirakan akan  naik menjadi 10,6 juta orang di 2021.

Ini perlu diantispasi dengan cepatoleh pemerintah dan pelaku industri pariwisata. Perluasan destinasi wisata, peningkatan layanan dan promosi, serta upaya menghadirkan pengalaman dan kenangan tak terlupakan, harus segera digenjot.

Jika tidak, devisa yang dibawa masuk oleh turis asing akan tergerus oleh devisa yang dibelanjakan warga Indonesia yang jalan-jalan ke negeri orang.   Mesti Sinaga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi