KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten sektor transportasi, PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA) kembali melakukan diversifikasi produk yang diangkut. Karena itu, perusahaan pun membidik pengiriman untuk kontrak
pulp and paper. Hal ini dilakukan karena PURA melihat kini beberapa daerah tidak lagi menggunakan plastik melainkan sudah gunakan bahan kertas untuk dijadikan kantong belanja. Ariel Wibisono, Direktur Utama PURA mengatakan, saat ini perusahaan masih fokus pada pengiriman bahan baku industri energi (oleokimia), bahan baku industri farmasi (gliserine), crude palm oil (CPO), agrikultur, barang jadi, infrastruktur, hingga material bangunan.
“Kami memang levelnya di raw material seperti bahan baku sabun mandi, shampoo, pasta gigi, dan lainnya itu semuanya memang PURA yang menangani,” kata Ariel saat media visit virtual ke Kontan.co.id, Jumat (9/3). Sehingga menurutnya, penyediaan armada untuk pengiriman dari PURA untuk sektor bahan baku tentu akan berdampak pada perputaran roda perekonomian. Sebab, fokus bisnisnya memang pada pengiriman baham baku. “Kalau kendaraan dan jalur
supply chain putus sudah pasti tidak akan berjalan roda ekonomi,” ujarnya.
Baca Juga: Tahun ini, Putra Rajawali Kencana (PURA) akan menambah 155 unit truk Ia juga mengatakan, meski adanya pandemi Covid-19, di tahun lalu pengiriman PURA tidak pernah berhenti. Namun Ariel tidak menampik ada sebagian jalur distribusi yang terdampak kebijakan pembatasan sosial (PSBB) sehingga terjadi
shortage misalnya saja di Jawa. “Contohnya Unilever Surabaya alami
shortage sehingga mereka harus beli bahan baku sampai ke Sumatra. Mereka minta dalam waktu cepat pengirimannya dan hanya kita yang mampu karena mereka beli 6.000 sampai 8.000 ton bahan baku dan tiga minggu selesai. Ditambah kami punya jalur kereta api sendiri sehingga pengiriman akan cepat,” tambahnya.
Sehingga di tahun kemarin tercatat kontribusi terbesar pengiriman yang mendongkrak pendapatan PURA berasal dari pengiriman raw material mencapai 60% di tahun 2020. Untuk tahun 2021, Pura Trans menargetkan pendapatan dapat naik 50% dengan peningkatan
bottom line hingga 100%. Optimisme ini seiring dengan harga komoditas yang beranjak naik serta kebutuhan pengiriman raw material dari industri energi yang diperkirakan masih cukup besar. “Karena per Januari 2021 kami sudah kantongi sekitar lima kontrak baru,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari