JAKARTA. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) tak tergiur menjajal bisnis hipermarket, meskipun bisnis ini tengah booming. Sebaliknya RALS lebih mengincar pangsa pasar ritel di luar Jawa pada tahun ini, seperti Balikpapan, Abepura, Pekanbaru, Denpasar dan Samarinda. Sementara untuk pulau Jawa, Ramayana akan menambah beberapa gerai di Jabodetabek, Padalarang dan Cinere. RALS akan membuka gerai baru sekitar 10 unit-12 unit pada tahun 2010 mendatang. Untuk memuluskan hajatan tersebut, RALS menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp 300 miliar-315 miliar. Dana tersebut diambil dari kas internal RALS yang mencapai Rp 1,38 triliun hingga 30 September 2009. “Kita realistis saja karena pemasaran hipermarket cuma bagus di Jakarta," kata Komisaris Independen Ramayana Lestari Sentosa Koh Boon Kim. Koh menyatakan ada dua alasan dasar mengapa RALS enggan bersaing di bisnis hipermarket. Pertama, tingkat pengangguran di Jakarta masih tinggi. Padahal angka pengangguran menjadi patokan krusial karena Ramayana membidik pasar menengah ke bawah. Kedua, persaingan di pasar hipermarket yang dikuasai oleh pemain besar, seperti Alfa, Indomaret atau Carrefour.
Incar Luar Jawa, RALS Enggan Jajal Bisnis Hipermarket
JAKARTA. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) tak tergiur menjajal bisnis hipermarket, meskipun bisnis ini tengah booming. Sebaliknya RALS lebih mengincar pangsa pasar ritel di luar Jawa pada tahun ini, seperti Balikpapan, Abepura, Pekanbaru, Denpasar dan Samarinda. Sementara untuk pulau Jawa, Ramayana akan menambah beberapa gerai di Jabodetabek, Padalarang dan Cinere. RALS akan membuka gerai baru sekitar 10 unit-12 unit pada tahun 2010 mendatang. Untuk memuluskan hajatan tersebut, RALS menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp 300 miliar-315 miliar. Dana tersebut diambil dari kas internal RALS yang mencapai Rp 1,38 triliun hingga 30 September 2009. “Kita realistis saja karena pemasaran hipermarket cuma bagus di Jakarta," kata Komisaris Independen Ramayana Lestari Sentosa Koh Boon Kim. Koh menyatakan ada dua alasan dasar mengapa RALS enggan bersaing di bisnis hipermarket. Pertama, tingkat pengangguran di Jakarta masih tinggi. Padahal angka pengangguran menjadi patokan krusial karena Ramayana membidik pasar menengah ke bawah. Kedua, persaingan di pasar hipermarket yang dikuasai oleh pemain besar, seperti Alfa, Indomaret atau Carrefour.