KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persaingan emiten telekomunikasi memasuki era baru untuk menjaring pelanggan baru. Perlahan tapi pasti para emiten mulai melakukan integrasi bisnis
fixed mobile convergence (FMC). Teranyar, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (
TLKM) yang telah teken Perjanjian Pemisahan Bersyarat (Conditional Spin-Off Agreement) dengan PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel. Hal itu merupakan langkah awal keseriusan, TLKM untuk menggabungkan layanan
fixed broadband dan
mobile broadband di bawah naungan Telkomsel. VP Investor Relations Telkom Edwin Sebayang bilang pihaknya optimistis, TLKM sebagai pemimpin pasar telekomunikasi dapat berhasil dalam mengembangkan produk FMC ini.
Baca Juga: Pasca Pelepasan Indihome, Kepemilikan Negara di Telkomsel Semakin Membesar Dia mengatakan dari sekitar 65 juta rumah tangga, ada potensi 20 juta–30 juta
household yang berpotensi menggunakan produk FMC milik emiten pelat merah ini. “Masih ada peluang sekitar 8 juta pelanggan baru yang dapat kami raih,” ucap Edwin baru-baru ini. Sinergi FMC ini diproyeksikan meningkatkan EBITDA sebesar Rp 5 triliun hingga Rp 6 triliun setiap tahun mulai dari 2027. TLKM juga dapat menghemat belanja modal sekitar Rp 300 miliar–Rp 400 miliar. Selain Telkom Indonesia, PT XL Axiata Tbk (
EXCL) sudah lebih dulu terjun dalam bisnis FMC. Mulai dari acara inorganik dengan mengakuisisi PT Link Net Tbk (
LINK) dan organik.
Baca Juga: XL Axiata (EXCL) Bidik Pelanggan High-End Untuk Adopsi e-SIM Presiden Direktur & CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan secara organik, EXCL telah membangun
home pass alias sambungan rumah. Hingga saat ini, EXCL telah punya lebih dari 1 juta
home pass. “FMC bukan hanya produk, yang paling penting operasi dan
network yang nantinya akan menciptakan efisiensi,” kata Dian saat ditemui Kontan.co.id di kediamannya. Adapun EXCL menargetkan layanan XL Home dapat terhubung dengan 450.000 rumah di seluruh Indonesia. Diharapkan 30% dari target itu mengadopsi layanan FMC. “Tahun ini target mendapatkan fix broadband sebesar 450.000 home connect, yang mana kami target 30% dari situ merupakan FMC,” ucap Dian.
Baca Juga: Intip Kisi-Kisi Pembagian Dividen dari XL Axiata (EXCL) Tahun Buku 2022 Rekomendasi Saham
Senior Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Robertus Yanuar menjelaskan strategi konvergensi antara layanan
fixed broadband dan seluler ini merupakan langkah antisipasi dari para pemain atas kenaikan harga ada dan monetisasi pasar. Dengan mempertimbangkan ARPU
fixed broadband yang lebih tinggi dibandingkan seluler, FMC ini diharapkan dapat membentuk sirkulasi yang positif sehingga mendorong ARPU konsolidasi. “Pengguna diharapkan menggunakan layanan mobile dan
fixed broadband dari provider yang untuk karena ada beberapa paket produk,” kata Robertus dalam risetnya.
Baca Juga: Rasio Dividen Telkom 2023 80% Dari Laba, Kapan Jadwal Pembayaran Dividen TLKM? Analyst Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan menambahkan penggabungan ini telah dilakukan di negara lain sehingga bisa meningkatkan efisiensi dan tingkat monetisasi bisnis. “Saat ini operator sudah ke arah FMC sehingga terbuka
potential value dari masing-masing segmen bisnis,” ucap Steven. Henan Putihrai Sekuritas merekomendasikan beli TLKM dengan target harga Rp 4.900. Mirae Asset Sekuritas memilih TLKM menjadi
top picks dengan rekomendasi
trading buy dan target harga Rp 4.600. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati