Incar premi surety proyek infrastruktur



JAKARTA. Lini bisnis surety pebisnis asuransi diprediksi tumbuh subur tahun ini,  seiring upaya pemerintah menggeber pembangunan infrastruktur. Permintaan produk surety bakal mendongkrak kinerja industri asuransi.

Meski bukan merupakan kontributor terbesar, bisnis asuransi penjaminan PT Asuransi Sinar Mas berpotensi tumbuh lebih tinggi ketimbang lini usaha yang lain. Pada tahun lalu, jumlah premi di bisnis surety terkumpul Rp 100 miliar.

Dumasi MM, Direktur PT Asuransi Sinar Mas bilang, pihaknya bakal memompa bisnis surety hingga 75% pada 2015. "Kami targetkan bisa mencapai Rp 175 miliar tahun ini," kata Dumasi.


Caranya, Asuransi Sinar Mas akan memperluas jalur distribusi di luar brokerage. Misalnya, memperbanyak jumlah agen yang memasarkan produk ini.

Dengan begitu, kontribusi premi dari bisnis surety meningkat. Jika di tahun lalu porsi surety baru mencapai 2% dari total keseluruhan premi, pada 2015, produk asuransi penjaminan menyumbang pendapatan sekitar 3,5%.

Pelaku lainnya yakni PT Asuransi Kredit Indonesia alias Askrindo juga optimistis lini usaha surety bisa tumbuh. Meski premi dari surety meningkat, kontribusinya terhadap pendapatan belum berubah. Pasalnya, Askrindo juga menaikkan target perolehan premi secara keseluruhan sebesar 35%. Artinya, sampai Tahun Kambing Kayu berakhir, Askrindo mengharapkan mengumpulkan premi mencapai Rp 3 triliun.

"Kontribusi premi surety terhadap total premi masih ada di kisaran 23%," kata Antonius Chandra, Direktur Utama PT Askrindo.

Sepanjang 2014 lalu, premi yang sudah berhasil terkumpul dari surety di Askrindo lebih dari Rp 500 miliar. Dengan menggunakan asumsi porsinya yang tetap, maka hingga pengujung 2015, perolehan premi dari surety diperkirakan akan mencapai hampir Rp 700 miliar.

Kendati prospek bisnisnya cukup menggiurkan, bukan berarti bebas dari kekhawatiran. Jika dilihat secara tahunan, Antonius bilang, bisnis konstruksi baru ngebut di akhir tahun. Alhasil, perolehan premi di awal tahun ini masih minim.

"Kembali lagi karena pelaksanaan proyek pembangunan atau konstruksi masih belum banyak di awal tahun," jelas Antonius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie