KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia diperkirakan menikmati bonus demografi pada tahun 2045 mendatang. Di tahun tersebut, perekonomian Indonesia bakal dipegang oleh generasi milenial. Ekonom Institute Development of Economics and Finance (Indef) Bima Yudhistira menyebutkan, pada tahun tersebut perekonomian Indonesia didorong oleh "ekonomi jalan-jalan'. Bima mengatakan, ekonomi jalan-jalan berdasarkan karakter generasi milenial. Saat ini pun karakter itu sudah terlihat.
Ia mencontohkan, kaum milenial cenderung menahan membeli baju baru namun menghabiskan waktunya di warung kopi. Mereka juga memilih tinggal di hunian kontrakan atau kos dari ada mencicil rumah. "Bank yang punya bisnis kredit pemilikan rumah (KPR) pusing karena sekarang banyak tinggal di kos," jelasnya saat seminar Hari Statistik Nasional di Badan Pusat Statistik (BPS), Rabu (26/9). Bima merujuk data kuartal III tahun 2017 yang menunjukkan konsumsi pakaian turun dan berada diangka 3,49% terhadap total konsumsi masyarakat. Angka tersebut menunjukkan tren penurunan ketimbang periode sama pada tahun 2016 sebesar 3,66%. Sedangkan konsumsi terbesar dihabiskan untuk makanan dan minuman selain restoran sebesar 39,01%. Diikuti transportasi dan komunikasi sebesar 23,33%. Dan peringkat ketiga baru digunakan untuk perumahan dan rumah tangga sebesar 12,76%. Pun pada pola produksi, generasi milenial cenderung memilih bisnis
e-commerce, sektor jasa dan
start-up. Makanya, saat ini banyak
start-up bermunculan. Per Februari 2018, jumlah
start-up di Indonesia mencapai 1.705
start-up, menempati peringkat keempat di dunia setelah Inggris. Menurut Bima, generasi milenial melihat ketiga bisnis tersebut paling mudah mendatangkan keuntungan. Dapat disimpulkan bahwa terjadi pergeseran dari konsumsi kebutuhan primer ke pemenuhan kebutuhan tersier. Dari segi produktivitas, data menunjukkan, kaum milenial memiliki kecenderungan memilih pekerjaan yang fleksibel. Kondisi ini kemudian menggeser industri manufaktur dan pertanian dalam kekuatan ekonomi Indonesia. Padahal, menurut Bima, sektor manufaktur masih perlu dikembangkan untuk membantu penerimaan negara. "Kita dorong milenial untuk produksi. Jangan cuma jualan saja," jelasnya.
Sementara Deputi Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menekankan pada pentingnya menyiapkan kualitas usia pekerja untuk menyambut tahun 20145 mendatang. Fokusnya pada perbaikan kualitas pendidikan. "Masa usia sekolah, sekolah yang bagus. Supaya masuk usia kerja bisa meningkatkan kualitas kerja dan surplus ekonomi nasional," jelasnya. Margo juga mengatakan pemerintah perlu memperluas lapangan kerja dan mengawal siklus kehidupan penduduknya guna menyongsong bonus demografi 2045. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat