Indef: Investasi portofolio dalam jangka panjang cukup beresiko



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Indef Bhima Yudhistira menilai Indonesia tidak bisa terus-terusan bergantung pada investasi portofolio. Menurutnya, investasi portofolio dalam jangka panjang cukup beresiko.

"Contohnya 2018 kemarin ketika dana portofolio keluar, rupiah terdepresiasi cukup dalam," jelas Bhima saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (11/2).

Untuk mengurangi ketergantungan tersebut, solusinya memberikan insentif sekaligus disinsentif. Insentif berupa pengurangan pajak untuk keuntungan yang direinvestasi.


Sedangkan apabila laba hasil dividen atau capital gain dikonversi ke dolar maka dikenakan kenaikan pajak. Sehingga perlu tobin tax juga reverse tobin tax. "Kalau sekadar insentif efeknya terbatas," jelas Bhima.

Kendati demikian, untuk memperbaiki neraca pembayaran perlu solusi yang fundamental. Perlu upaya mengurangi defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) khususnya defisit migas dan defisit neraca jasa. "Tidak ada jalan pintas," pungkas Bhima.

Sedangkan untuk menarik investasi langsung, kuncinya di perbaikan daya saing. Antara lain percepatan izin dan pembebasan lahan, deregulasi aturan yang tumpang tindih, membangun infrastruktur pendukung kawasan industri, dan insentif fiskal yang spesifik tidak general.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa neraca transaksi modal dan finansial mengalami surplus pada triwulan IV. Hal ini didorong oleh investasi portofolio yang naik signifikan.

Investasi portofolio secara signifikan di triwulan IV-2018 tercatat US$ 11,5 miliar. Sedangkan tiga triwulan sebelumnya, investasi portofolio yang masuk cenderung seret.

Pada triwulan I-2018 tercatat US$ 0,29 miliar. Sedangkan pada triwulan II-2018 tercatat US$ 1,35 miliar, naik tipis pada triwulan III-2018 tercatat US$ 1,39 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto